JAKARTA, DanauToba.org — Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT) sangat menyayangkan ribuan ton ikan mati di Keramba Jaring Apung (KJA) pada peternakan ikan (fish farming) di Danau Toba. Hal tersebut terungkap dalam Rapat Pengurus YPDT di Sekretariat YPDT, Selasa (10/5/2016).
Rapat Pengurus YPDT ini dilaksanakan untuk membicarakan hal-hal yang terkait pada perkembangan terakhir di mana terjadi musibah yang sangat menyedihkan bahwa total sekitar 1.820 ton ikan mati secara bertahap dari hari ke hari. Menurut pemberitaan di MetroSiantoar.com, Senin (2/5/2016), 120 ton ikan mati di Haranggaol karena kekurangan oksigen. Jumat (6/5/2016) lalu sudah mencapai ribuan ton ikan mati di Danau Toba (beritasatu.com), bahkan menurut pemberitaan dari waspada.co.id, Senin (9/5/2016), ikan yang mati dalam KJA sudah mencapai 1.800 ton.
Menanggapi kondisi kritis Danau Toba ini, Pengurus YPDT berharap Pemerintah Kabupaten, khususnya Kabupaten Simalungun, cepat tanggap dan pro aktif menangani permasalahan berton-ton ikan yang mati. YPDT sendiri pun akan mengambil langkah tindak lanjut dalam upaya mengantisipasi pencemaran Danau Toba agar tidak terulang kembali.
Karena itu, YPDT berharap masyarakat di Kawasan Danau Toba turut berperan aktif membantu dan menjaga agar pencemaran terhadap Danau Toba dapat dicegah, sehingga kondisi Danau Toba tidak bertambah parah.
Kepada masyarakat yang memiliki peternakan ikan dengan menggunakan KJA di mana banyak ikan-ikannya mati, YPDT turut prihatin dan berbelarasa (passioned) kepada mereka. Ini semacam musibah besar yang menimpa mereka. Kita harus mengakui karena kekurangtahuan kita menyebabkan bencana ini terjadi. Namun, kita sebagai orang yang tetap percaya pada pengharapan Tuhan, niscaya Tuhan tinggal diam. Kami sebagai sesama manusia akan mengupayakan yang terbaik bagi mereka. Namun demikian, gerakan Danau Toba Tanpa Keramba yang diiniasisi YPDT tidak bermaksud melawan rakyat yang bermata pencaharian berternak ikan di KJA, tetapi kalau Danau Toba mampu kita pulihkan kembali seperti sediakalanya (Tao Toba Nauli, Aek Natio, Mual Hangoluan), maka justru jauh lebih menyejahterakan rakyat di Kawasan Danau Toba. (BTS)