
JAKARTA, DanauToba.org ― Upaya evakuasi korban KM Sinar Bangun yang tenggelam di perairan Danau Toba, Senin lalu (18/6/2018) harus dilakukan secara maksimal oleh pemerintah sebab manusia yang menjadi korban memiliki martabat yang sama dengan kita sebagai manusia ciptaan TUHAN yang termulia. Demikian kesimpulan hasil rapat yang dilakukan oleh Pengurus Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT), dan disampaikan Drs Maruap Siahaan, MBA, selaku Ketua Umum YPDT, pada Selasa (3/7/2018) di Jakarta.
Kita perlu menyuarakan kembali bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang kita cintai ini seharusnya hadir bersama-sama dengan keluarga korban memberikan dukungan moral dan pertolongan semaksimal mungkin menemukan para korban tragedi di Danau Toba.
Kehadiran negara tentu diwakilkan pemerintah pusat karena tragedi ini sudah menjadi tragedi nasional. Pemerintah adalah wakil TUHAN terdepan untuk melayani dan menyelesaikan persoalan masyarakatnya. Karena itu, pemerintah harus melakukan upaya semaksimal mungkin dengan melakukan evakuasi pengangkatan jasad korban dari dasar Danau Toba.
Jika pemerintahan setempat (lokal) tidak mampu melakukannya, maka tanggung jawab itu harus dilakukan pemerintah pusat. Namun jika pemerintah pusat pun tidak mampu melakukan itu, maka pemerintah harus berkoordinasi dan melibatkan lembaga-lembaga internasional.
Seaindainya berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah pusat termasuk sudah melibatkan masyarakat internasional, maka inilah yang disebut keterbatasan manusia. Manusia memiliki kemampuan yang sangat terbatas, maka ini kita sebut tragedi kita bersama.
Tragedi kita bersama karena kita tidak mampu mengatasi musibah yang seharusnya kita dapat mengantisipasi dan menyelesaikannya. Musibah ini bukanlah nasib yang harus diratapi, tetapi perlu diatasi. Ini dialamatkan kepada kita yang telah diberi amanah dari TUHAN yang Mahakuasa.
TUHAN sudah hadir di tengah-tengah kehidupan manusia hingga saat ini sejak manusia diciptakan seturut citra-Nya (Imago Dei). TUHAN selalu berpihak kepada mereka yang lemah dan menjadi korban.
Kehadiran TUHAN bukan semata-mata bahwa DIA datang dari Surga ke Bumi, tetapi kehadiran TUHAN sudah dinyatakan melalui hikmat, ilmu pengetahuan, dan akal budi kepada ciptaan-Nya termulia, yaitu manusia yang segambar dengan citra-Nya. TUHAN menyatakan kehendak-Nya kepada manusia melalui ilmu pengetahuan, hati nurani, empati, dan tindakan mulia kita bagi sesama.
Ketika keluarga korban berseru kepada TUHAN, maka itu dialamatkan kepada pemerintah yang harus menjawabnya, bukan berpasrah saja dan mengatakan sudah kehendak-Nya. TUHAN tidak pernah berkehendak atau merancangkan kecelakaan kepada manusia. Rancangan TUHAN adalah rancangan damai sejahtera sebagaimana DIA menyatakan-Nya dalam Kitab Suci.
Tuhan menyatakan kehendak-Nya melalui manusia agar melakukan upaya dan menggunakan teknologi dan ilmu pengetahuan secara maksimal. Jadi keluarga korban yang berseru kepada Tuhan itu harus dijawab pemerintah pusat.
Pemerintah sepertinya tidak memberi pilihan kepada rakyat, dalam kasus ini keluarga korban. Pernyataan pemerintah pusat hendak menghentikan pencarian jasad korban sangat disayangkan semua pihak, terutama pihak keluarga korban. Pemerintah seharusnya bertanya secara mendalam apa yang dikehendaki dan diharapkan keluarga korban. Pemerintah pusat juga harus terbuka dan menyatakan keberpihakannya kepada keluarga korban yang belum mengetahui kepastian dan kejelasan upaya pemeritah pusat mengatasi tragedi ini.
Beberapa pihak anggota keluarga korban yang sempat berkomunikasi dengan pengurus YPDT pada Selasa (3/7/2018) siang menyampaikan bahwa mereka masih kuat pengharapannya agar jasad korban dapat ditemukan meskipun dalam keadaan tidak utuh. Keluarga korban mengharapkan dukungan pemerintah pusat agar tetap melanjutkan evakuasi jasad korban yang telah ditemukan keberadaannya dengan berupaya semaksimal mungkin. Setelah jasad-jasad tersebut ditemukan, mereka sebagai korban meninggal pun perlu dimakamkan secara layak.
Terakhir, Ketum YPDT berkata: “Kita meyakini bahwa akan ada keajaiban dan mujizat TUHAN di muka Bumi melalui hikmat, akal budi, dan upaya manusia yang tertinggi dengan melibatkan ilmu pengetahuan yang setinggi-tingginya untuk mengatasi permasalahan manusia. Hal itu diamanatkan kepada Pemerintah Indonesia di muka Bumi. Apakah kita berhenti dan menyerah begitu saja? Mari kita jawab tantangan dan pergumulan tersebut.” (BTS/JM)