JATINANGOR, DanauToba.org — Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT) mengembangkan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism development) di Kawasan Danau Toba. Pada Jumat (27/10/2017), Hank van Apeldoorn sebagai Sutainable Tourism Development Advisor sebagai relawan AVI untuk YPDT, memperkenalkan Sutainable Tourism Development kepada seratus lebih mahasiswa-mahasiswi IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri) di kampus Jatinangor.
Hank mengawali presentasinya tentang Sutainable Tourism Development dengan menanyakan kepada para mahasiswa apa itu pariwisata? Beberapa mahasiswa berpikir bahwa pariwisata itu jalan-jalan ke tempat yang menarik.
Hank menanggapi bahwa hal itu tidaklah salah, tetapi ada hal yang luput dari perhatian kebanyakan orang. Pariwisata adalah suatu aktivitas mendasar dari semua bangsa di dunia ini karena aktivitas tersebut berdampak langsung pada kehidupan sosial, budaya, pendidikan, dan sektor ekonomi masyarakat dan relasinya dengan bangsa-bangsa lain (internasional).
Beberapa tahun terakhir ini, para pakar di bidang pariwisata mulai memfokuskan pada fenomena dari pariwisata. Fenomena tersebut selain membawa aspek postif, juga ada dampak negatifnya.
Ada bahaya yang tidak diduga terhadap fenomena pariwisata tersebut. Hank memberikan beberapa contoh akan bahaya tersebut melalui video yang ditonton bersama-sama dengan para mahasiswa IPDN.
Sebuah video memperlihatkan dampak negatif bagi keberlangsungan hidup para satwa di destinasi pariwisata. Chris Jordan, seorang fotografer dan perupa (seniman), mendokumentasikan temuannya tentang kematian anak-anak burung Albatross di Midway Island, Pasifik. Anak-anak burung tersebut mati karena mengonsumsi plastik yang diberikan induknya. Induk burung tersebut tentu tidak dapat membedakan mana plastik atau bukan. Begitu banyak plastik yang dikonsumsi anak-anak burung tersebut mengakibatkan mereka kekurangan nutrisi dan dehidrasi, akhirnya mati.
Pariwisata yang tidak dikelola dengan baik dan benar lebih banyak merugikan ketimbang menguntungkan. Di masyarakat kita di Indonesia, akibat salah kelola pariwisata menyebabkan maraknya prostitusi, peredaran narkoba, kekerasan karena minuman keras, dan lain-lain. Ada pergeseran dalam kehidupan sosial, budaya, dan gaya hidup masyarakat. Konon, dahulu di Bali, misalnya Kuta, kebanyakan masyarakat pesisir pantai adalah nelayan, kini mereka berdagang, menyewakan kamar, hingga hal-hal negatif pun dikerjakan.
Berikut ini beberapa foto yang memperlihatkan dampak negatif pariwisata yang salah kelola:
Karena itulah, kita perlu mengembangkan pariwisata berkelanjutan yang tidak salah kelola. Pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) bertujuan mencapai beberapa hal antara lain efisiensi ekonomis, integritas ekosistem, dan keadilan sosial.
Ada 3 kunci perspektif pada sustainable tourism yang perlu kita perhatikan, yaitu: equity (kesamaan hak dan kewajiban), efisiensi, dan identitas budaya. ketiga hal itu disebut “three legs of a stool” atau seperti Dalihan Na Tolu kelihatannya.
Dalam konsep sustainable tourism dipertimbangkan pula apa yang disebut Tourism Carrying Capacity (Kapasitas Muatan Wisata). Ini artinya ada batasan jumlah maksimum yang dapat dikunjungi suatu destinasi wisata agar tidak terjadi kerusakan lingkungan, alam (fisik), budaya, sosial, ekonomi, dan penurunan kualitas yang tidak diharapkan.
Terkait dengan kegiatan Hank mengembangkan sustainable tourism di Kawasan Danau Toba (KDT), Hank menyatakan bahwa ia membantu YPDT memperkuat pelestarian dan membangun KDT untuk masyarakat dan pemerintah di sana.
Hank juga akan membantu YPDT mengidentifikasi, analisis, dan mengembangkan informasi dan bahan-bahan yang diperlukan untuk membentuk fondasi kuat sustainable tourism di KDT.
Kepada para mahasiswa IPDN tersebut, Boy Tonggor Siahaan (Staf Komunikasi YPDT) menyampaikan salam dari Ketua Umum YPDT, Bapak Maruap Siahaan, dan Sekretaris Umum YPDT, Bapak Andaru Satnyoto. Kedua Pengurus YPDT tersebut tidak dapat hadir bersama para mahasiswa karena mereka ada tugas kerja di tempat lain.
Kepada Jim Zeiher (relawan AVI untuk IPDN), Boy menyampaikan juga terimakasih telah memfasilitasi acara tersebut, sehingga ke depannya dapat diatur kerjasama lebih bermanfaat antara IPDN dan YPDT.
“YPDT berharap para mahasiswa IPDN yang nantinya akan kembali ke daerah mereka masing-masing dapat juga mengembangkan sustainable tourism di daerahnya,” ujar Boy menyampaikannya. (BTS)
[Rich_Web_Slider id=”7″]