
JAKARTA, DanauToba.org — Seperti apa Kawasan Danau Toba akan dibangun ke depan? Pertanyaan ini menjadi topik hangat untuk bersama-sama kita eksplorasi agar kita mengetahui hal-hal apa yang perlu kita persiapkan dan upaya/usaha apa yang akan dikerjakan. Dalam rangka itu, kita harus sangat berhati-hati berpikir dan bertindak agar segala sesuatunya dapat tercapai dengan baik dan benar. Hal seperti inilah sebenarnya yang diangkat oleh para sahabat pencinta Danau Toba dalam sebuah diskusi (Diskusi Kamisan) yang diselenggarakan di Sekretariat YPDT, Jakarta, pada Kamis malam (14/7/2016).

Sebelum kita sampai pada inti topik bahasan di atas (Seperti apa Kawasan Danau Toba akan dibangun ke depan?), kita diajak Maruap Siahaan (Ketua Umum YPDT) sebagai pemantik pertama diskusi untuk melihat beberapa kota di Eropa Barat dari perjalanannya Tour ke Eropa Barat bersama Tim YPDT dalam kampanye Pelestarian Lingkungan Hidup Kawasan Danau Toba (Danau Toba Tanpa Keramba).

Tim YPDT yang dipimpin Ketum berkunjung ke Perancis, Swiss, Jerman, Monaco, Italia, dan Belanda. Siahaan berbagi cerita kepada kita bahwa di negara-negara Eropa Barat yang mereka kunjungi semuanya terlihat bersih, asri, tertata rapi, tertib, teratur, disiplin, dan masyarakatnya ramah. Apa yang dilihat di negara-negara tersebut sangat jauh berbeda dengan negara kita, Indonesia.

Eropa Barat memang sangat maju. “Peradaban manusia tertinggi itu ada di Eropa,” demikian komentar Siahaan. Meskipun Eropa sangat maju dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), tetapi pertanian mereka pun luar biasa. Hasil pertanian mereka melimpah dan higienis dengan standar mutu yang sangat baik. Produk pertanian dari negara-negara lain sulit untuk masuk ke Eropa karena standar mutu tersebut. “Yang sangat mengherankan saya,” kata Siahaan, “produk-produk makanan dan minuman di Eropa jauh lebih murah dibandingkan produk-produk dari Tiongkok maupun Indonesia.”
Dari segi pariwisata, Eropa memang surganya, kecuali Monaco. Tempat-tempat wisata di Eropa, selain indah, juga bersih, teratur, tertata rapi, tertib, nyaman dan aman. Danau-danau di Eropa terlihat sangat bersih, airnya jernih dan dapat langsung diminum. “Saya sengaja mengunjungi danau-danau di Eropa untuk mengetahui apakah ada kerambanya. Ternyata tidak satu pun keramba di danau-danau mereka,” kata Siahaan. Bandingkan dengan Danau Toba saat ini, sangat jauh berbeda.

Siahaan tidak sepakat kalau Kawasan Danau Toba dijadikan seperti Monaco, sebagaimana istilah yang berkembang, Monaco of Asia. Karena itu Ketum YPDT ini juga datang mengunjuingi Monaco untuk membandingkan Monaco dengan negara-negara Eropa Barat lainnya. Menurutnya setelah Ketum bertanya kepada banyak orang Eropa tentang Monaco, mereka berpendapat bahwa Monaco bukan tempat yang cocok bagi kami, sangat crowded (padat), tidak beraturan. Perjudian dan prostitusi identik dengan Monaco. Banyak orang Eropa tidak menyukai Monaco. “Apakah kita ingin menjadikan Kawasan Danau Toba seperti Monaco? Hal itu jangan sampai terjadi. Kawasan Danau Toba harus menjadi Kota Berkat di atas Bukit,” tegas Siahaan.

Menyambung pengalaman menarik Tim YPDT yang mengadakan tour ke Eropa Barat yang disampaikan Maruap Siahaan, Maurits Pasaribu, pemantik kedua diskusi, merespons bahwa Eropa Barat bisa seperti itu karena Kekristenan telah mengakar dengan sangat kuat selama 10 generasi terdahulu (sekitar 300-an tahun yang lalu). Teladan Kristus mengubah karakter bangsa-bangsa Eropa menjadi berkarakter penuh kasih, rendah hati, sopan, santun, disiplin, kerja keras, menghargai ciptaan Tuhan, dan berpikir positif.

Karakter seperti itulah yang membuat Eropa Barat menjadi bangsa yang berperadaban sangat tinggi dan luhur. Infrastruktur modern yang dibangun di Eropa Barat hampir seluruhnya tidak merusak alam. Alam menjadi tempat kehidupan semua makhluk hidup. Mereka sangat menjaga dan memelihara betul alam di mana mereka tinggal. Danau dijaga agar airnya layak diminum semua makhluk, terutama manusia. Lingkungan hidup di sekitar mereka diperhatikan agar tidak kotor dan jorok. Keasrian tanaman dan pepohonan ditata dengan rapi dan indah. Rumah-rumah dan gedung-gedung dibangun secara teratur, tidak ada gedung bertingkat yang tinggi-tinggi (rata-rata di bawah 10 tingkat), dan tidak padat (crowded) seperti hutan beton.
Menurut Pasaribu, kita sebagai orang Batak sebenarnya memiliki karakter tidak jauh berbeda dengan bangsa Eropa. Mayoritas orang Batak adalah Kristen yang notabene meneladani Kristus. Budaya Batak pun memiliki karakter yang sangat kuat dalam menghargai alam dan sesama manusia. Kristus makin menyempurnakan Budaya Batak. Mengapa sekarang orang Batak banyak berubah? Menurut Pasaribu, “Ada budaya yang hilang dalam generasi bangso Batak.” Inilah yang menjadi pergumulan besar bangso Batak.
Pasaribu sepakat dengan Siahaan bahwa di Kawasan Danau Toba tidak perlu gedung-gedung sangat tinggi seperti Monaco dengan hutan betonnya. Jauh lebih baik jika dibangun ruma-ruma Batak (rumah-rumah tradisional Batak). Kalau mau membangun infrastruktur, jangan bangun gedung-gedung bertingkat yang tinggi-tinggi, tetapi bangunlah jalan, listrik, taman-taman, kawasan peruntukkan wisata, pasar, rumah sakit dan balai pengobatan (klinik), pusat pendidikan, sarana peribadahan, jejaring komunikasi dan akses internet, dan lain-lain. “Kalau pemerintah sudah menyiapkan tata ruang dan infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat setempat, maka serahkan sepenuhnya kepada masyarakat tersebut untuk mengelola, menjaga, dan mengembangkannya bagi kesejahteraan mereka,” demikian tegas Pasaribu.
Pemantik diskusi ketiga, Mardi F. N. Sinaga, memaparkan tentang infrastruktur dalam aspek teknologi informasi dan komunikasi. Seperti negara-negara maju lainnya, baik di Eropa maupun di Amerika, teknologi informasi dan komunikasi berfungsi sebagai jejaring (network) yang menghubungkan titik di mana ia berada dengan titik-titik lain yang tersebar di berbagai belahan dunia. Kawasan Danau Toba harus dikembangkan menjadi kawasan sentral yang mampu membangun keterhubungan networking pada dirinya secara lokal satu sama lain dan secara global pihak di luar Kawasan Danau Toba memiliki akses informasi dan komunikasi dengan sangat baik, sehingga mampu memberikan daya tarik yang kuat kepada dunia tentang Kawasan Danau Toba, Kota Berkat di Atas Bukit.
Penulis: Boy Tonggor Siahaan