DAIRI, DanauToba.org — Danau Toba merupakan anugerah Tuhan terhadap Bangso Batak yang tinggal di kawasan sekitarnya sebagai sumber kehidupan. Filosofi Batak “Aek Natio, Tao Nauli, Mual Hangoluan” atau dalam arti harafiahnya air yang jernih, danau yang indah, sumber kehidupan menegaskan bahwa Danau Toba memiliki relasi yang kuat antara manusia, air, dan hutan yang ada di sekeliling Danau Toba. Pola relasi ini membentuk ekosistem Danau Toba.
Masyarakat memanfaatkan air Danau Toba sebagai sumber air minum, maka perlu dijaga kualitasnya. Namun faktanya air Danau Toba dieksploitasi dan dicemari dengan kehadiran perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) dengan bisnis budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) yang beroperasi di kawasan Danau Toba.
Selain itu, Air Danau Toba memiliki ketergantungan terhadap hutan di sekeliling Danau Toba sebagai daerah tangkapan air untuk menjaga kuantitas air. Sedangkan keberlangsungan hutan sangat tergantung dari manusia yang memeliharanya.
Namun, faktanya hutan di Kawasan Danau Toba, dieksploitasi dan ‘dirampas’ dari masyarakatnya untuk kepentingan individu atau kelompok pemilik perusahaan yang berselingkuh dengan penguasa.
Hutan rakyat dicaplok seolah menjadi hutan industri yang dikuasai oleh Perusahaan. Rakyat tidak lagi punya kuasa atas tanah dan hutan yang dimilikinya. Eksploitasi dan perampasan telah berubah menjadi kolonialisasi di Kawasan Danau Toba. Momentum hari kemerdekaan ini menjadi sebuah refleksi bagi kita, apakah benar bahwa Rakyat di kawasan Danau Toba sudah merdeka di usia ke-71 Dirgahayu Kemerdekaan RI? Akankah kita memperpanjang usia kolonialisasi di Kawasan Danau Toba yang saat ini berhasil mengubah wajahnya seolah sinterklas dengan carity yang diberikan ke masyarakat yang sesungguhnya diambil dari kekayaan masyarakat. Padahal sesungguhnya maling yang berlindung di balik pasal-pasal peraturan yang ada.
Ke depan, kita berharap pemerintah mengubah wataknya dari penguasa yang selama ini terkesan sebagai pelayan pengusaha berubah menjadi pelayan masyarakat.
Mari kita refleksikan bersama.
Silalahi, Dairi 17 Agustus 2016