
DanauToba.org — Di era dekade pasca kemerdekaan dari penindasan dan penjajahan rakyat di Nusantara, orang-orang Batak banyak dicari karena memiliki latar belakang pendidikan lebih tinggi daripada orang-orang dari suku lainnya (maaf ini tidak bermaksud sentimen kesukuan ya, tetapi memang ini faktanya). Demikian diungkapkan Tigor Tampubolon, salah satu pengurus YPDT (Yayasan Pencinta Danau Toba) dan sekaligus Direktur Operasional Prosus Inten Bandung.
“Dulu pada masa tahun 1950-1960an, cukup banyak perusahaan atau lembaga pemerintah menunggu bus dari Medan masuk ke Terminal Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, untuk mencari orang-orang Batak yang sedang mencari kerja. Mereka menawarkan pekerjaan karena rata-rata orang-orang Batak yang datang merantau ke Jakarta berpendidikan SMA. Pada masa itu orang-orang yang berijazah SMA sangat jarang. Kebanyakan lulus SD sampai SMP,” cerita Tigor Tampubolon.

Kita sepakat apa yang diceritakan Tigor. Orang-orang Batak pada masa tersebut menganggap pendidikan itu penting bagi masa depan anak-anaknya kelak. Tidak mengherankan bilamana banyak anak Batak merantau ke Jawa, khususnya Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta, karena di sana cukup banyak sekolah dan perguruan tinggi yang berkualitas. Begitu lulus SMA, mereka langsung melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Itulah sebabnya cukup banyak orang Batak yang berpendidikan tinggi, mulai dari S1 (sarjana) hingga S3 (doktor) pada rentang waktu 1960-2000. Namun beberapa dekade belakangan ini terjadi penurunan, bahkan merosot drastis.

Dunia kita banyak mengalami perubahan global yang begitu cepat atau kita sebut globalisasi. Rakyat Indonesia mengalami tantangan begitu berat menghadapi arus globalisasi dengan perangkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Belum lagi adanya kemajuan komputerisasi, digitalisasi, dan kecerdasan buatan makin menghantam kita dengan disrupsi, media sosial, kemudahan akses dan keterbukaan data dan informasi. Semuanya ini di satu sisi membawa kebaikan, tetapi di sisi lain membawa keburukan, bahkan sampai menjerumuskan pada kerusakan dan kehancuran.
Menyikapi hal tersebut, IKA USU (Ikatan Alumni Universitas Sumatera Utara) Jakarta merasa terpanggil untuk berbuat sesuatu dalam pengabdian almamater kampus kepada masyarakat. Karena itu, mereka menetapkan lokus pengabdian masyarakat tersebut adalah Kawasan Danau Toba (KDT) yang notabene berada di wilayah Provinsi Sumatera Utara (Sumut).
Bukan suatu kebetulan jika alumnus bernama Tiomora Ester br. Sitanggang sebagai anggota IKA USU Jakarta juga adalah pengurus di YPDT. Karena itu, Tiomora merasa bahwa YPDT adalah organisasi masyarakat yang selain peduli pada lingkungan hidup juga peduli pada pendidikan sudah tepat mengambil peran ini. Apalagi lokus YPDT sama dengan lokus pengabdian masyarakat dari IKA USU Jakarta tersebut.

Karena itu, Ketua Umum YPDT Maruap Siahaan sangat senang merespons usulan dari IKA USU tersebut, sehingga ketiga lembaga tersebut, IKA USU Jakarta, YPDT, dan Prosus Inten Bandung, menyetujui mengadakan kerjasama program pengabdian masyarakat dengan memberikan bantuan pendidikan berupa peningkatan prestasi belajar siswa-siswi SMA di KDT, penelusuran dan penyaluran studi ke jenjang perguruan tinggi yang sesuai dengan kemampuan siswa, aksesibilitas beasiswa atau orangtua asuh selama studi di perguruan tinggi hingga lulus menjadi sarjana.

Program tersebut mereka luncurkan dengan mengadakan acara Penandatangan MoU (Memorandum of Understanding) dan Peluncuran Program: “Gerbang Pendidikan Tinggi: LANGKAH CERDAS ANAK DANAU TOBA.” Acara berlangsung di Sahasra Venue Resto, Jakarta Timur, pada Jumat (18/10/2024).
Dalam sambutannya, Ketum YPDT menegaskan program kerjasama ini akan berhasil jika kita mampu berkolaborasi dengan solid dan memiliki tanggung jawab dalam melaksanakannya. “Kita semua,” lanjut Maruap, “memiliki visi yang sama mencerdaskan bangsa kita agar tidak tertinggal jauh dari bangsa-bangsa lain. Pendidikan mampu membawa kita menjadi bangsa yang maju dan beradab. Pendidikan pun membebaskan kita dari kebodohan dan kemiskinan.”
Saat ini masyarakat di KDT berada pada tingkat kemiskinan yang memprihatinkan. Kerusakan lingkungan di KDT adalah dampak buruk dari merosotnya pendidikan Saudara-saudara kita di sana. Kita harus memulihkan keadaan rusak tersebut dengan memindahkan kecerdasan, aksesibilitas, dan sumber daya yang kita miliki kepada adik-adik kita yang duduk di bangku SMA agar mereka dapat memperoleh pendidikan yang lebih baik untuk masa depan generasi Batak.
Menurut Ketua Pelaksana Program ini Tiomora dan Tigor, program ini akan mulai pada awal November 2024 hingga Juni 2025. Kemudian program tersebut akan berlanjut pada Agustus 2025 hingga Juni 2026. Demikian seterusnya akan berjalan dan dilanjutkan oleh mereka yang sudah merasakan program ini.
Ketua IKA USU Jakarta Martogi Siahaan menjelaskan, “Kita perlu memperbaiki kualitas pendidikan di Kawasan Danau Toba. Di kawasan ini dulunya menghasilkan orang-orang Batak yang cerdas dan sukses dalam hidupnya. Kita mau menggugah orang-orang Batak yang sukses tersebut berkontribusi mendukung program ini agar Kawasan Danau Toba tetap dikenal sebagai kawasan yang melahirkan orang-orang Batak yang cerdas dan sukses. Cukup banyak orang Batak dari lulusan USU juga berasal dari kawasan ini. Karena itu, kami siap berbagi pengalaman dan memotivasi adik-adik kita bahwa mereka memiliki potensi besar untuk meraih cita-citanya.”
Menimpali apa yang disampaikan Martogi, Tiomora mengatakan: “Pendidikan adalah gerbang menuju kesuksesan. Ada kesenjangan besar antara pendidikan di KDT dan di kota-kota besar lainnya. Sebagai bentuk pengabdian masyarakat, IKA USU Jakarta berkomitmen ingin memajukan pendidikan di KDT.”
Pada acara tersebut, Ketua Umum BATAK CENTER S.M. Tampubolon turut hadir bersama jajaran dari BATAK CENTER lainnya seperti Alimin Ginting (Ketua Dewan Pengawas BATAK CENTER), Erwin L. Tobing, Freddy Pandiangan (Wakil Sekjen), Susi Rio Panjaitan, dan Pdt. Tonggor Siahaan.

Pada kesempatan tersebut, S.M. Tampubolon sungguh mengapresiasi dan siap mendukung program ini. “Kami akan dukung program ini dan mengajak agar orang-orang Batak yang telah sukses dapat mengambil peran, misalnya sebagai orangtua asuh. Saya sendiri siap membantu anak-anak kita di KDT karena saya sendiri juga berasal dari sana,” tegas Ketum BATAK CENTER.
Selain dari BATAK CENTER, dari YPDT hadir Mardi FN Sinaga (Wakil Ketua 1), Andaru Satnyoto (Sekum), Berlin Silalahi (Bendum), Saut Poltak Tambunan, Baginda Siahaan, Eliakim Sitorus, Gugur Manurung, Happy Munthe, Edward Napitupulu, Victor Ambarita, Hojot Marluga, dan Ricardo Marbun. (BTS)