PARAPAT, DANAUTOBA.ORG — Pertobatan ekologis sebagai langkah mendasar kita untuk menyelamatkan Bumi, Rumah Bersama kita. Hal ini disampaikan Pastor Michael Manurung, OFMCap dalam ibadah Puncak Acara Gerakan Cinta Danau Toba (GCDT) yang sekaligus sebagai Ibadah/Kebaktian/Misa Natal. Ibadah tesebut dilaksanakan pada Rabu (30/12/2015) di Open Stage, Parapat, Sumatera Utara.
Pastor mengatakan bahwa Bumi kita sudah teramat rusak karena adanya dosa ekologis. Istilah dosa ekologis tersebut dikutip dari Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si’: Tentang Perawatan Rumah Kita Bersama (diterjemahkan Pastor Martin Harun, OFM). Dosa ekologis adalah perbuatan manusia yang merusak alam ciptaan TUHAN, sehingga berdampak buruk bagi kehidupan makhluk-makhluk hidup (binatang, tumbuhan, dan manusia). Perubahan iklim yang ekstrim, pemanasan global, kerusakan hutan, pencemaran air (baik di laut, sungai, dan danau), dan pencemaran udara adalah dosa manusia yang mengabaikan firman TUHAN untuk menjaga dan merawat alam ciptaan TUHAN dan segala makhluk yang ada di Bumi. Karena itu, Paus Fransiskus menyerukan kepada seluruh umat manusia di muka Bumi ini melakukan pertobatan ekologis.
Kita melakukan pertobatan ekologis bercermin dari St. Fransiskus dari Asisi. Bagi St. Fransiskus, bumi dan segala isinya tidak sekadar realitas biotis atau abiotis atau entitas ontologis yang diobyekkan melainkan representasi keilahian ciptaan TUHAN. Kita diajak menyapa dan memperlakukannya sebagai saudara dan saudari => persona (latin per dan sona; per = lewat, perantara; sonus = gema, suara Sang Sabda) yakni yang menggemakan TUHAN. Bumi dan segala isinya sebagai tanda Sakramental (sacramentum/ latin; mysterion/yunani = kehadiran yang tak kelihatan dalam tanda yang kelihatan); yang menghadirkan kebesaran TUHAN, mediasi keindahan Supra-natura, yakni TUHAN sebagai yang terindah dari segala keindahan. Kita belajar berkontemplasi secara mendalam dengan TUHAN, sehingga kita dapat menyatu secara intens dengan seluruh ciptaan TUHAN. Sikap kita adalah menjaga dan merawat bumi dan segala isinya.
Danau Toba adalah danau terbesar di Asia dan kedua di dunia setelah Danau Victoria di Afrika. Kondisi Danau yang kita cintai ini sudah sekarat (emergensi untuk diselamatkan). Pertobatan ekologis secara radikal dari diri kita sendiri sangat dibutuhkan kalau tidak kawasan Danau Toba menjadi bank sampah terbesar di Asia dan kedua terbesar di dunia.
Gerakan Cinta Danau Toba (save, clean, and green Toba Lake atau menyelematkan, membersihkan, dan menghijaukan Danau Toba) adalah gerakan massal sekaligus komunal yang mengajak partisipasi semua pihak: masyarakat, pemerintah, pengusaha, pemimpin agama, pemimpin adat, dll.
Yayasan Pecinta Danau Toba (YPDT) mencanangkan GCDT sebagai momentum awal pada 2015 ini untuk memotivasi semua pihak serentak bergerak bagi pemulihan kawasan Danau Toba. Tujuh kabupaten sudah mengindikasikan tekad mereka bagi pemulihan tersebut. YPDT akan terus mengawal gerakan ini sampai pemulihan Kawasan Danau Toba tersebut dapat dirasakan semua pihak.
Marilah kita dari diri-sendiri memulai menjaga dan merawat lingkungan kita sendiri agar Bumi sebagai Rumah kita bersama ini dapat lestari dan didiami dengan baik oleh anak-anak dan cucu-cucu kita kelak. (bts)