PEARAJA, DanauToba.org — Tidak henti-hentinya Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT) menyuarakan ratapan masyarakat di Kawasan Danau Toba (KDT) hingga terwujud visinya, yaitu: KDT menjadi Kota Berkat di Atas Bukit.
Pada Selasa Sore (27/9/2016) Pengurus YPDT bertemu dengan Ompui Ephorus beserta pimpinan lainnya di Kantor Sinode HKBP, Pearaja, Tarutung. Pengurus YPDT menyampaikan visi dan misinya: “Kawasan Danau Toba menjadi Kota Berkat di Atas Bukit” dan rencana kegiatan Gerakan Cinta Danau Toba (GCDT) II 2016 yang dilaksanakan terpusat di Kabupaten Dairi dan Tapanuli Utara.
Pengurus YPDT disambut akrab oleh Ompui Ephorus Dr Darwin Lumban Tobing dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) HKBP, Pdt. David Farel Sibuea, M.Th., D.Min, beserta para pimpinan pusat lainnya.
Pertemuan kedua belah pihak diawali dengan perkenalan pimpinan Sinode HKBP yang baru terpilih pada (15/9/2016) lalu. Pdt. David Farel Sibuea, M.Th., D.Min. memperkenalkan Ompui Ephorus Pdt. Dr. Darwin Lumban Tobing, Pdt. Dr. Martongo Sitinjak sebagai Kepala Departemen (Kadep) Koinonia, Pdt. Dr. Anna Vera Pangaribuan sebagai Kadep Marturia, dan Pdt. Debora Sinaga, M.Th, sebagai Kadep Diakonia, serta dirinya sendiri sebagai Sekjen. Perkenalan tersebut disampaikan dengan ungkapan persahabatan.
Menyambut perkenalan yang disampaikan Sekjen HKBP, Drs. Maruap Siahaan, MBA (Ketum YPDT) juga memperkenalkan 25 orang rombongan YPDT yang dipimpinnya, antara lain: Prof. Dr.-Ing K. Tunggul Sirait (Pembina), Drs. Jerry R.H. Sirait (Pengawas), Walden R. Bakara (Ketua Departemen Ekonomi YPDT), Jhohannes Marbun (Sekretaris Eksekutif), Hulman Tambunan (Staf IT), Guntur Hutajulu (Ketua YPDT Tobasa) dan para pengurusnya, Posman Sihite (Ketua YPDT Humbahas) dan para pengurusnya, Vera Situmorang (Wakil Ketua YPDT Simalungun), Ratnauli Gultom dan Thomas Heinle (Pengurus YPDT Samosir), dan Pengurus GMKI Cabang Tarutung.
Siahaan merasa bersyukur dapat berjumpa secara langsung dengan Ompui Ephorus dan para pimpinan Pusat HKBP dan mengucapkan selamat kepada mereka untuk memimpin HKBP empat tahun ke depan (2016-2020). “Kami percaya bahwa Tuhan bekerja dalam pemilihan Ephorus HKBP. Kedatangan kami atas syukur kami karena ada pimpinan baru di kawasan yang membawa terang di tengah-tengah krisis, sehingga KDT bisa menjadi kota berkat di atas bukit,” demikian ungkapan terdalam Ketum YPDT.
Siahaan menjelaskan bahwa YPDT sudah berdiri selama 21 tahun yang didirikan Prof. Dr. Midian Sirait (alm.) dan Prof. Sarwono Kusumaatmadja beserta 70 anggota lainnya yang mewakili tokoh Batak di berbagai bidang, salah satunya Prof. Dr.-Ing K. Tunggul Sirait.
“Kedatangan kami adalah sebagai bagian dari suara (red: ratapan) masyarakat yang sebagian besar adalah jemaat HKBP. Jadi HKBP melalui para anggota jemaatnya menjadi penentu di kawasan ini. Mohon doa restu kepada Tuhan agar HKBP bisa mendukung, ” demikian seruan hati Pak Ketum mewakili ratapan bangsa Batak.
Kita melihat kenyataan bahwa peradaban dan sejarah kita makin tergerus. Ke mana nanti masa depan anak-anak dan cucu-cucu kita. Ketum menegaskan bahwa YPDT telah menginisiasi Badan Otorita Pengelolaan Kawasan Pariwisata Danau Toba (BOPKPDT) minus 500 ha. Visi YPDT mendesain KDT menjadi Kota Berkat di Atas Bukit di mana masyarakat adalah pelaku utama dan bukan menjadi penonton. Di sini kami hadir bersama perwakilan di 7 KDT.
Baca juga: YPDT: MASYARAKAT ADALAH INVESTOR SESUNGGUHNYA PEMBANGUNAN KAWASAN DANAU TOBA
Selaras dengan Siahaan, Prof Tunggul Sirait mengatakan bahwa pada masa kami dahulu (baca: ketika menjadi DPR RI mewakili PDKB), pemerintahan hanya mengandalkan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dengan mengabaikan pembangunan manusia seutuhnya. Ketika kami menyadari bahwa ada kelalaian pada pembangunan tersebut, sehingga berdampak pada pengrusakan dan kerusakan lingkungan hidup di KDT, kami beralih dengan konsentrasi utama memperhatikan, menjaga, dan melestarikan lingkungan hidup dan warisan budaya di KDT. Jadi pemikiran kami berangkat pada pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan alamiah (lingkungan hidup).
Menyambung penjelasan Prof Tunggul Sirait, Siahaan sebagai mantan murid Prof Midian Sirait ini, menegaskan bahwa ada 5 (lima) tujuan YPDT, antara lain: (1) menjaga kualitas air Danau Toba, (2) menjaga kuantitas air, (3) melestarikan keanekaragaman hayati, (4) melestarikan warisan budaya dan lokalitas, dan (5) menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan masyarakat.
Menurut Siahaan, hal ini belum optimal kontribusinya kepada masyarakat, sehingga kita perlu merevitalisasi dengan melakukan reorganisasi dan membangun jaringan termasuk perwakilan di Kawasan Danau Toba, beberapa daerah lain, dan luar negeri. Pada November 2016 ini, masyarakat Indonesia, khususnya orang-orang Batak di California, AS, ke depannya akan mendukung pemberdayaan masyarakat di KDT.
Jadi KDT bukan Monaco atau Bali, tetapi Kota Berkat (baca juga: DANAU TOBA YA DANAU TOBA, BUKAN MONACO, NUSA DUA, DAN LAIN-LAIN)
Mengapa KDT menjadi Kota Berkat? Karena memang di sini tinggal anak-anak Tuhan dan sudah diperlengkapi dengan senjata perlengkapan dari Tuhan. “Kami hadir di sini untuk mendukung pelayanan yang telah amang dan inang akan lakukan ke depan,” ucap Siahaan.
Siahaan menghitung secara ekonomis bahwa potensi terkaya di Indonesia ada di kawasan ini. Dari air Danau Toba saja sekitar 240 km kubik potensi ekonominya dapat menghasilkan kira-kira Rp5.000 trilyun, dengan asumsi satu galon air minum seharga Rp5.000. Ini akan terjadi apabila air Danau Toba dapat digunakan sebagai air minum seperti dulu kala. Itu baru dari air minum. Belum termasuk debit air yang disumbangkan menghasilkan energi listrik 1.240 MW. Tetapi ke mana itu semua? Yang timbul adalah kemiskinan di tengah-tengah air, hutan, budaya yang kaya.
“Tetapi kami punya iman sebagaimana disampaikan Yesaya 60. Singkatni bosi gabe perak (singkatnya bagaimana besi menjadi perak). Itulah Kota Berkat di Atas Bukit. Tuhan menjadi Tuhan di kawasan ini, dan tidak ada lagi penjajahan di sini. Sebagai orang yang berada di Kadin, saya tahu persis bagaimana kapitalisme itu bergerak.
Jadi kami tegas, ketika kami menginisiasi BOPKPDT, sebenarnya untuk infrastruktur saja agar bisa diakses. Masyarakat harus menjadi pelaku usaha di negeri sendiri dan tidak menjadi penonton,” tegas Ketum YPDT.
Ketum juga menyampaikan bahwa YPDT telah melakukan GCDT pada tahun lalu di 7 Kabupaten. Dalam kegiatan GCDT tersebut dilakukan video conference yang didukung Telkom dan Telkomsel. Puncak acara GCDT I 2015 ini adalah Natal bersama dengan penyalaan obor dan lilin terang di KDT. Ini sebagai deklarasi cinta Danau Toba.
YPDT berharap agar HKBP sebagai stakeholder (pemangku) utama bisa mendampingi masyarakat dalam setiap kegiatan GCDT II 2016. Pada GCDT ini, kita akan melakukan Natal bersama di Silalahi, Paropo, dan Tongging (Sipartogi) dan rencananya juga di Tarutung. Dairi dipilih karena terisolir atau minim akses menuju tempat tersebut dan Tarutung dipilih karena ia memiliki sejarah pekabaran Injil.
Ketum menyampaikan bahwa Pengurus YPDT sudah bertemu dengan Nikson Nababan (Bupati Tapanuli Utara). Ia mendukung GCDT II dan meminta Kadis Pendidikan untuk mengajak anak-anak Sekolah mengikuti kegiatan acara GCDT II tersebut.
Perayaan Natal bersama GCDT II ini untuk mempertemukan lembaga-lembaga keumatan dan mengenang kembali bagaimana ziarah penanaman benih iman Kristen di tanah Batak melalui zending (misi pekabaran Injil).
Untuk kegiatan GCDT II tersebut, YPDT telah membentuk kepanitiaan di Sekretariat YPDT, Jakarta. Namun demikian, di KDT masih dalam proses konsolidasi untuk melibatkan Pemda setempat, aras gereja, dan lembaga keumatan. “Oleh karena itu, kami mohon arahan dan saran apa yang dapat kami lakukan?” tanya Ketum kepada pimpinan HKBP.
Sebelum Ephorus HKBP menjawab pertanyaan tersebut, Siahaan juga menyampaikan lika-liku terbitnya Peraturan Presiden No. 49/2016 tentang BOPKPDT (klik di sini untuk baca dan unduh: PerPres No. 49/2016)
PerPres tersebut berangkat dari PerPres 81/2014 tentang Tata Ruang di KDT yang arsiteknya juga putra dari Kawasan Danau Toba, yaitu: Dr. Maurits Pasaribu dan Dr. Budi Situmorang.
Awal mulanya YPDT bertemu dengan pejabat Kementerian Pariwisata melalui Dirjen Dadang Rizky. Menurut Dirjen, Danau Toba sebenarnya tidak masuk menjadi prioritas destinasi pariwisata di Indonesia. Tidak puas dengan penjelasan Dirjen, YPDT mengadakan audiensi ke Menko Bidang Kemaritiman, saat itu dijabat Rizal Ramli. Ramli memutuskan bahwa Danau Toba menjadi 10 besar destinasi pariwisata di Indonesia, padahal di lain pihak Jusuf Kalla tidak setuju Danau Toba sebagai destinasi wisata. Jadi Ramlilah yang ada di belakang penetapan Danau Toba sebagai destinasi wisata.
Selain berterimakasih kepada Ramli, YPDT juga tidak akan melupakan peran Prof. Dr. Otto Hasibuan di mana melalui beliaulah proses penetapan Danau Toba sebagai destinasi wisata dikerjakan dan menjadi pembahasan di Kemenko Bidang Kemaritiman.
Dalam perkembangan, ada dinamika terkait PerPres tersebut. YPDT tidak menyetujui lahan 500 ha yang ditulis dalam draft PerPres. YPDT mendorong agar pemerintah (Presiden) memperhatikan aspirasi masyarakat dan budaya di KDT. Sikap YPDT ini sudah terpublikasikan di situs (website) danautoba.org. Prinsip dasarnya, YPDT menolak perusahaan perusak lingkungan hidup di KDT.
Ephorus Pdt. Dr. Darwin Lumban Tobing memberikan tanggapannya atas hal-hal yang sudah disampaikan YPDT dan berterimakasih kepada YPDT.
Menurut Ephorus bahwa sebelum ada BOPKPDT, HKBP sudah melakukan visi dan misi HKBP di bidang kemasyarakatan, seperti pelestarian lingkungan dan keutuhan ciptaan. Hal ini juga sebagai salah satu misi jemaat sebagai gereja. Jemaat melestarikan lingkungan sebagai wujud pertanggungjawaban ekologis, tentu dengan setiap dinamika yang ada.
HKBP juga memiliki biro pengembangan masyarakat yang bekerjasama dengan masyarakat. Kami juga mengakui ada sesuatu hal yang baru dilakukan oleh pemerintah, yaitu: BOPKPDT. Pada Februari lalu, HKBP telah merespons dan HKBP secara partisipatif mendukung BOPKPDT dengan penilaian kritis dan realistis melalui kebijakan-kebijakan lokal, adat, dan budaya Batak. Kami juga memahami itu, bahwa setiap pembangunan selalu membawa perubahan. Setiap perubahan itu berdampak positif dan negatif. Kalau positif tentu tidak ada masalah, tetapi kalau negatif maka kita turut bertanggung jawab pula. HKBP telah merespons hal itu.
Dalam program BOPKPDT ini harus dipertimbangkan dukungan-dukungan kultural sekaligus kendala-kendala kultural. Ini sudah diantisipasi. Karena tidak mungkin tidak ada kendala itu. Kita memahami karakter Batak di mana “raja do na ro, raja ni dapotna.” (Baca: umpama ini mengandung pengertian bahwa satu orang dengan lainnya memiliki kedudukan sama tinggi atau sederajat, tidak boleh menganggap yang satu lebih rendah dari yang lain). Di Jakarta pernah saya sampaikan hal ini. Sebenarnya hal ini adalah warning (peringatan). Barangkali ada sebuah kebijakan pusat, tetapi lupa bahwa di KDT ada kebijakan lokal, ai sidapot solup do na ro (baca: orang datang, harus menyesuaikan diri di tempat yang dikunjungi). Kalau ini tidak dihargai, maka hal ini bisa menjadi kendala kultural. Namun budaya Batak bisa juga dijadikan sebagai solusi. Jolo tinitip sanggar bahen huru-huruan, jolo si nungkun marga asa binoto partuturan (baca: umpama ini mengandung pengertian setiap dari kita harus saling mengenal dan kedudukan masing-masing pihak). Ini sebenarnya solusi. Justru memang yang kita khawatirkan adalah masyarakat bisa menjadi penonton dan ini sangat berpotensi apabila tidak diperhatikan. Kalau penonton tidak. Habang pidong silugu-lugu ditortori…namarlapatan boi halak gabe sisogo-sogo, molo ditortori naso gondang na (baca: umpama ini mengandung pengertian jikalau orang mengurusi yang bukan urusannya, ini akan menimbulkan kebencian bagi orang tersebut).
Jadi kalau ada sesuatu berembuglah dahulu, lalu direncanakan. Jangan seperti bawa kue tart dari Jakarta dibawa ke sini. Na manjalo marsirapusan, gabe bolong ma sude. I do jotjot na masa saleleng on.
Karena itu, kekhawatiran kita adalah jangan sampai itu yang terjadi, gabe bolong ma annon sude (baca: masyarakat semuanya tidak mendapatkan, akhirnya di luar pagar). Kita sudah prediksi hal tersebut. Pembangunan infrastruktur tentulah ada positifnya. Contoh sederhananya pembangun Bandara Silangit. Ini luar biasa dampak baiknya, tetapi ada juga dampak negatifnya, misalnya ke situs-situs budaya.
Seperti tugu, kalau diperbesar jalan, bisa kena tugunya. Bagi orang Batak, tugu memiliki nilai-nilai spiritual. Belum lagi dampak lain, yaitu: moral sosial, seperti Monaco of Asia. Pandangan orang tentang Monaco sama seperti daerah Monaco yang ada di medan itu. Mungkin terlanjur juga yang dikatakan Pak Menteri (Rizal Ramli). Karena Monaco itu dikenal dengan tempat judinya. Yang paling mengkhawatirkan adalah orang Batak pintar-pintar, tetapi setelah tamat pergi ke Jakarta dan Bandung. Yang tinggal hanya anak yang masih duduk di bangku SMP dan biasanya anak bungsu. Kita khawatir, si anak ‘bungsu’ tersebut menjual.
Apa yang disampaikan Ephorus tersebut, kiranya menjadi perhatian kita semua.
Sebelum pertemuan diakhiri, Jerry RH Sirait menyampaikan pesan kepada Pucuk Pimpinan HKBP untuk memprioritaskan penataan sekolah-sekolah di lingkungan HKBP agar kembali bermutu tinggi seperti dahulu kala. Pesan ini untuk menindaklanjuti evaluasi pendidikan nasional oleh Balitbang Kemendikbud RI pada akhir tahun 2013 lalu. Pada acara evaluasi pendidikan nasional tersebut, ditemukan bahwa kualitas sekolah-sekolah dalam lingkungan HKBP cukup memprihatinkan. Bahkan kualitas sekolah-sekolah di lingkungan kawasan Danau Toba tidak terlalu jauh di atas sekolah-sekolah di Manokwari, Papua. “Mohon HKBP menaruh kepedulian serius tentang hal itu”. Ujar Jerry Sirait.
Selanjutnya Jerry Sirait menganjurkan pula kepada Pimpinan HKBP agar lebih serius dalam program pelayanan gereja (huria) untuk menitikberatkan pada penguatan keluarga sebagai lembaga pendidikan utama dan pertama sebagaimana kesepakatan nasional pada Bulan Pendidikan Kristen tahun 2003/2004. Kiranya dapat mempertimbangkan agar huria mempersiapkan warganya menjadi ayah-ibu yang kuat. Kurikulum konseling pra-nikah kiranya lebih dikembangkan. Tidak lagi cukup seperti selama ini. Tantangan yang dihadapi setiap keluarga semakin berat. Pemerintah sudah menyadarinya, sehingga mendirikan bagian di Kemendikbud yang menangani program nasional “keayahbundaan” pada pemerintahan sekarang ini.
Penulis: Jhohannes Marbun dan Boy Tonggor Siahaan
Pertemuan ini sangat bagus sekali. Dan YPDT tetap membangun kerjasama dengan semua stakeholder. Visi YPDT sangat bagus menjadi Berkat di atas bukit. Ketika sudah berkat pasti dasar mewujudkannya ” Seluruh stakeholder memiliki etos kerja dan karakter unggul (mulia). Kami dukung dari doa, ide perjuangan sahabat di YPDT. mari saling bergandengan tangan demi kelestarian dan demi masa depan kehidupan generasi muda di masa mendatang.
Pesan kepada sahabat2 di YPDT sebaiknya masyarakat tidak menjual tetap (menjual pate) tanahnya untuk Investro tetapi memiliki saham atas usaha yang akan dibangun diatas tanah yang dikontrakkan.
Salam Etos : Kerja Keras Penuh Semangat.
Investor dan masyarakat akan melaksanakan kegiatan membangun pariwisata Danau Toba di 7 kabupaten KDT. Persahabatan masyarakat sekitar dengan investor adalah tugas dan tasnggungjawab bersama.