JAKARTA, DanauToba.org — Ratusan pemuda (naposo) Batak berkumpul di Gelanggang Olahraga Remaja Otista Jakarta Timur dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila (1 Juni) dan sekaligus merayakan HUT ke-7 Naposo Batak Jabodetabek (NABAJA) yang berulang tahun pada 30 Mei. Acara tersebut berlangsung pada Kamis (1/6/2017). Tema yang diangkat adalah Naposo Batak Cinta Pancasila dan Peduli Danau Toba.
Acara yang banyak melibatkan naposo Batak berada di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi ini diawali dengan Kebaktian Pembukaan singkat yang dipimpin Pdt. Midian KH Sirait, M.Th (Pendeta HKBP Preases Distrik VIII Jakarta). Setelah Kebaktian selesai, acara dilanjutkan dengan menyanyikan lagi Kebangsaan “Indonesia Raya” dan lagu Mars Nasional “Garuda Pancasila” serta membacakan teks Pancasila (dipandu oleh Syahrwan Aritonang) sebagai bentuk penghormatan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila sebagai Dasar Negara RI.
Di pertengahan acara, para hadirin yang sebagian besar adalah naposo Marga, naposo Gereja, dan naposo asal Bonapasogit, berdiri tegak dan dengan lantang mengucapkan Ikrar yang dipandu Jhohannes Marbun (Sekretaris Eksekutif YPDT):
IKRAR PEMUDA BATAK
1. Setia pada Pancasila dan NKRI.
2. Setia pada Tanah Batak dan Warisan Budaya Batak.
3. Bersedia menjadi relawan untuk Kawasan Danau Toba.
Acara kemudian dilanjutkan dengan Horas Lawyers Club (HLC). HLC yang digagas oleh YPDT dan NABAJA ini (sebelumnya diberi nama Batak Lawyers Club) adalah ‘bengkel’ para pengacara muda untuk melahirkan pakar-pakar hukum yang berintegritas. Pada kesempatan tersebut dilakukan peluncuran (launching) HLC dengan diskusi perdana membahas topik/tema tentang “Pancasila” (Sesi 1) dan “Danau Toba” (Sesi 2).
Pada Sesi 1 yang dimoderasi Dr. Jimmy Simanjuntak, SH, MH ini, Prof. Dr. Payaman Simanjuntak (Pembina YPDT) menekankan bahwa naposo Batak harus memegang teguh nilai-nilai luhur falsafah Dasar Negara kita, Pancasila, dan mengamalkan nilai-nilai tersebut. Sereida Tambunan (Anggota DPRD DKI Jakarta) mengatakan bahwa kebanyakan kalau orang Batak berkenalan mereka menanyakan marga terlebih dahulu, asal bonapasogitnya (kampungnya), dan nomor berapa? “Bukan agamanya yang ditanya, tetapi marga atau boru apa? Ini memperlihatkan bahwa orang Batak tidak membeda-bedakan agama atau pancasilais,” kata Sereida.
Andaru Satnyoto (Sekretaris Umum YPDT) memandu Sesi 2. Pada Sesi 2, Abdon Nababan (Wakil Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara) mengatakan bahwa Pancasila digali dari budaya dan adat di Indonesia. “Kalau ingin memulihkan Kawasan Danau Toba (KDT), maka naposo harus memperkuat budaya dan adat Batak di sana, karena para investor asing yang menguasai tanah dan merusak KDT di sana tidak faham budaya dan adat lokal,” demikian tegas Abdon. Sejalan dengan Abdon, Dr. Martua Sirait pun menyatakan bahwa Cinta Tanah Air sama halnya dengan Cinta Bonapasogit atau Cinta Danau Toba, jadi harus kita jaga dan pelihara, agar dapat kita wariskan kepada anak-cucu masyarakat di Kawasan Danau Toba.
Deka Saputra Saragih, SH (Anggota Tim Litigasi YPDT dan juga naposo Batak) menyemangati naposo Batak dengan mengatakan kaum muda adalah agen perubahan. “Jadilah agen perubahan untuk pemulihan Danau Toba. Hai naposo Batak, Danau Toba memanggilmu,” demikian teriakan keras pengacara muda yang cerdas ini.
Acara memperingati Hari Lahir Pancasila dan HUT NABAJA ini digagas oleh NABAJA dan Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT) dengan didukung berbagai pihak antara lain: St. Morita Industries, TOTALINDO, Nusantara TV, PT.Djakarta Ekspress Indonesia, Pemda DKI Jakarta, Perhimpunan Artis Batak Indonesia (PARBI), dan lain-lain. (BTS)