JAKARTA, DanauToba.org — Kita membutuhkan pemimpin yang berkarakter dan transformatif. Persyaratan itu disuarakan Victor Tobing, trainer pengembangan SDM. Victor mengatakan ini sewaktu acara syukuran oleh YPDT (Yayasan Pencinta Danau Toba), Jumat (31/1/2020), di Sekretariat YPDT, atas tugas panggilan baru Pdt. Gomar Gultom, M.Th., sebagai Ketua Umum PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia) sesuai Keputusan Sidang Raya PGI pada akhir 2019 yang lalu. Pdt. Gomar adalah Wakil Ketua Pengawas YPDT.
Victor mengungkapkan harapannya di hadapan Pengurus YPDT dan para tamu undangan lainnya seraya mengatakan: “PGI tidak menjalankan visi-misi pribadi pengurus, tetapi visi-misi Kristus. Terutama dalam hal mengakselerasi kegiatan pemberitaan kabar baik/Amanat Agung melalui gereja-gereja di Indonesia.” Hal itu dibenarkan Pdt. Gomar bahwa yang dijalankannya adalah visi-misi PGI yang memandat visi-misi Kristus.
Selanjutnya Victor mengatakan: “Kalau ada hambatan umat dalam memberitakan kabar baik, apakah itu gereja anggota PGI atau tidak, PGI harus hadir membelanya.” Pembelaan itu didasarkan pada amanat UUD Negara RI Tahun 1945, yakni hak semua warga negara untuk menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.
“Para pemimpin Kristen jangan bersifat transactional leader, yang berprinsip reward-punishment (apa untuk saya?). Sebaliknya, ia harus pemimpin yang transformational leader, yang menginspirasi pemimpin/pelayan dan berkarakter seperti Kristus,” tandas Victor.
Dari pengamatan pribadinya, kegiatan gereja-gereja, utamanya di gereja-gereja mainstream, kegiatannya cenderung mengutamakan/fokus pada memperbesar ‘seating capacity‘ (kapasitas dan kenyamanan tempat beribadah), bukan ‘sending capacity‘ ( pengutusan/pekabaran Injil) yang seharusnya sebagai peran utama gereja.
Oleh sebab itu, Victor berharap agar PGI, melalui pemimpin sinode gereja-gereja anggotanya dapat lebih menggalakkan kegiatan sending capacity/beritakan kabar baik oleh umat gereja-gereja anggotanya.
Dalam responsnya Pdt. Gomar menginformasikan bahwa tema tahunan HKBP adalah “Reposisi Pekabaran Injil/Zending“. PGI bersama-sama lembaga-lembaga keumatan dan sinode-sinode gereja lainnya pada tahun lalu telah menyelenggarakan seminar nasional dengan tema pokok Pekabaran Injil. Seminar ini akan dilanjutkan pada tahun depan (2021).
Percakapan di atas dilaksanakan sebelum jamuan kasih, makan siang bersama. Pada jamuan makan bersama itu, didahului dengan pemberian “dengke upa-upa” dari YPDT sebagai simbol syukuran dan sekaligus permohonan YPDT kepada Tuhan kiranya Pdt. Gomar dapat merealisasikan tugas dan panggilannya dengan sebaik-baiknya.
[Slideshow "gomar-gultom" not found]YPDT mendukung pelayanan Pdt. Gomar sebagai ketua umum dari lembaga gerejawi aras nasional terbesar di Indonesia. Ada 91 sinode gereja yang berhimpun di dalamnya sekitar 75-80% warga gereja (Protestan).
Selain Ketua Umum YPDT, Drs. Maruap Siahaan, MBA, para orangtua/natuatua yang hadir turut menyampaikan dengke upa-upa itu, antara lain Laksma (Purn) Bonar Simangunsong beserta istrinya, Panusunan Simanjuntak bersama istrinya, Drs. Saut Poltak Tambunan, dan Harli Sibarani (Bendahara Umum YPDT).
Turut hadir dalam acara tersebut Ir. S.M. Tampubolon (Ketum BATAK CENTER), Mardi F.N. Sinaga (Ketua Departemen Pariwisata dan Ekonomi Kreatif YPDT), Pdt. Marihot Siahaan (Sekretaris YPDT), Arta Peto Sinamo (Sekretaris YPDT) Jhohannes Marbun (Sekretaris Eksekutif YPDT), Boy Tonggor Siahaan (Humas YPDT) dan beberapa pegiat di program Gerakan Cinta Danau Toba (GCDT) di antaranya Berlin Situngkir, Deacy Maria Lumbanraja, Tiomora Sitanggang, Joyce Sitompul br. Manik, Hojot Marluga, Susi Rio br. Panjaitan, Try Sarmedi Purba (Tim Litigasi YPDT), Rosalyna br. Siahaan, dan Mikhael Sinaga.
Sebagai pengantar, pada awal acara Ketua Umum YPDT menyambut dengan senang hati kehadiran Pdt Gomar di Kantor YPDT, Jalan Mesjid Bendungan, Cililitan, Jakarta Timur dan menyampaikan selamat atas jabatan pelayanan yang baru sebagai Ketua Umum PGI.
Di tempat yang sama, pada Jumat yang lalu (24/1/2020), YPDT mengadakan syukuran atas jabatan birokrasi negara yang dipercayakan Presiden RI kepada Dr. Daniel Yusmic P. FoEkh, sebagai hakim konstitusi MK RI. Pada kesempatan itu YPDT menyerahkan dengke upa-upa oleh Ketua Umum YPDT dan para orangtua yang hadir. Prof. Dr.-Ing. K. Tunggul Sirait Ir. Sintong M. Tampubolon, Ketua Umum FPBP (Forum Peduli Bona Pasogit) dan BATAK CENTER, dan Dr. Ronsen Pasaribu, Ketua Umum FBBI (Forum Bangso Batak Indonesia) mangulosi Dr. Daniel, sang hakim konstitusi. Prof. K. Tunggul Sirait adalah salah seorang pendiri dan pembina YPDT/BATAK CENTER.
Pada kedua perhelatan di Kantor YPDT itu hadir sejumlah fungsionaris pembina, pengawas dan pengurus YPDT bersama-sama aktivis GCDT (Gerakan Cinta Danau Toba).
Ada banyak orang yang mengisi sesi percakapan dengan Pdt. Gomar. Biasalah, selain sejumlah harapan ada pula “unek-unek“. Unek-unek yang muncul antara lain lalainya gereja-gereja, lembaga-lembaga gerejawi, dan lembaga-lembaga keumatan melakukan pengkaderan. “Pangkaderan di GMKI” tidak seperti dulu lagi. Begitu pendapat peserta diskusi itu. Yayasan Bina Darma tidak sekuat dulu. Selain itu “tampaknya soliditas dan solidaritas gereja-gereja dan umat Kristen perlu digalakkan”. Energi positif warga gereja tampaknya tidak ada yang menghimpun”. Pdt. Gomar juga mengakui bahwa warga gereja yang maju belum tentu melewati pengkaderan oleh gereja.
Jerry R. Sirait sewaktu masih muda pernah menggumuli soal pengkaderan ini. Bahkan pernah aktif di Pusat Penyiapan Kader Oikumene PGI yang konon kabarnya masih aktif sampai saat ini. Tapi prioritasnya pendeta-pendeta, kata Pdt. Gomar. Semula pengkaderan itu disediakan untuk kaum muda gereja.
Harapan yang terungkap adalah agar kiranya PGI dan gereja-gereja di Indonesia semakin kompak untuk turut serta membangun tubuh Kristus dan memperjuangkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dekadensi moral yang terjadi di beberapa daerah hendak tidak luput dari perhatian PGI dan sinode-sinode gereja. Sudah amat merisaukan!
Pdt. Gomar merespons semuanya seraya mengaku keterbatasan PGI. “PGI bukan komandannya gereja-gereja anggota maupun PGIW. PGI secara rutin per bulan mengadakan pertemuan dengan lembaga gerejawi aras nasional lainnya seperti PGPI (Persekutuan Gereja-gereja Pentakosta Indonesia), PGLII (Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia), Gereja-gereja Baptis, GMAHK (Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh), Gereja Bala Keselamatan, GOI (Gereja-gereja Orthodox Indonesia), dan KWI (Konferensi Waligereja Indonesia),” tandasnya.
PGI, demikian Pdt. Gomar akan bekerjasama dengan lembaga-lembaga yang “memihak pada rakyat dan turut serta memperjuangkan kasih, keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan. Di dalamnya YPDT dan BATAK CENTER sebagai misal. Tentu MUKI (Majelis Umat Kristen Indonesia) sebagai ormas berbadan hukum perkumpulan di bidang sosial kemasyarakatan ada berada dalam kebersamaan dengan PGI dan lembaga-lembaga gerejawi, sinode-sinode gereja, dan lembaga-lembaga keumatan/ormas Kristen lainnya.
Menurut Pdt. Gomar memang ada ormas yang datang ke PGI dan diterima MPH PGI tetapi belum tentu passionnya senafas dengan PGI.
Jerry R. Sirait, Sekretaris Pengawas YPDT dan juga Sekjen BATAK CENTER yang memandu rangkaian acara mengakhirinya dengan ucapan terimakasih kepada Pdt. Gomar dan hadirin seraya mengingatkan Pdt. Gomar untuk tidak jemu-jemunya memperjuangkan Kawasan Danau Toba (KDT) “menjadi Kota Berkat di Atas Bukit” dan Danau Toba/DT raja ni sudena tao “kembali indah, airnya kembali jernih dan kembali sebagai air kehidupan”. Gereja turut bertanggung-jawab agar Tano Batak tetap milik Halak/Bangso Batak. Jangan sampai Halak/Bangso Batak menjadi “penonton” di kampung halamannya sendiri.
Selamat melayani Pdt. Gomar dengan penuh sukacita dan damai sejahtera Tuhan. (JRS)