BALIGE, DANAUTOBA.ORG — TUHAN memberikan mandat kepada manusia untuk menguasai segala makhluk ciptaan-Nya. Akibat dosa, manusia tidak mengindahkan mandat tersebut. Manusia menjadi rakus dan serakah dengan mengeksploitasi alam ciptaan TUHAN, sehingga banyak terjadi bencana alam karena ulah tanan-tangan jahil manusia.
Pada zaman Nuh, umat manusia di muka bumi ini dimusnahkan TUHAN melalui air bah. Hanya keluarga Nuh yang diselamatkan dari air bah karena Nuh taat kepada-Nya. Sebagai janji TUHAN kepada manusia, TUHAN tidak akan lagi mendatangkan air bah. Janji itu diwujudkan dengan tanda bujur di langit (Kej. 9:16).
Tanda bujur di langit bukan sekadar janji TUHAN kepada kita untuk tidak mendatangkan bencana air bah lagi, tetapi kita juga harus melihat bahwa tanda itu mengajak kita untuk memelihara ciptaan Tuhan, menjaga, dan melestarikannya bukan merusakya.
Danau Toba sebagai warisan TUHAN seharusnya dirawat, dijaga, dan dikelola secara bertanggung jawab kepada Pemilik-Nya. Kita adalah keluarga keturunan Huh. Sebagai keluarga, kita diajak bersama-sama memelihara ciptaan TUHAN dengan peduli terhadap lingkungan di sekitar kita. “Sebagai umat TUHAN (dalam hal ini gereja), kita harus memulainya dari sekarang,” demikian khotbah dari Pdt. Evelyn Sihombing dalam Kebaktian Pembukaan Acara Gerakan Cinta Danau Toba pada Minggu (27/12/2015).
GCDT adalah kegiatan yang diinisiasi Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT) pada 27-30 Desember 2015.