SILALAHI, DanauToba.org ― Melalui Program Bank Sampah di Kecamatan Silahisabungan yang diinisiasi Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT) dengan dukungan Kedutaan Besar Selandia Baru, masyarakat di Kecamatan Silahisabungan berani melangkah menuju masa depan baru. Untuk kali ketiga, YPDT melaksanakan Pelatihan Kompos pada Rabu-Kamis (3-4/10/2018) di Desa Silalahi II, Kabupaten Dairi. Sumatera Utara.
Sondang br Sihombing, selaku Ketua Bank Sampah Porkis, Kecamatan Silahisabungan, menyatakan terimakasih atas dukungan YPDT dan Kedutaan Selandia Baru melalui Program Bank Sampah ini. Kami makin bersemangat meraih masa depan kami dan generasi anak-anak kami ke depannya.
“Sudah banyak YPDT memberikan pelatihan Bank Sampah, salah satunya pelatihan Kompos. Pelatihan Kompos ini sangat dibutuhkan di desa kita karena di sini banyak petani. Kompos sangat tepat karena organik dan kembali ke alam. Kita memang selama ini memakai kompos dari luar, tetapi kita tidak tahu bagaimana prosesnya,” ujar Anggiat Sihaloho (Kepala Desa Silalahi I).
Di Desa Silalahi I sudah ada mesin komposnya dan sangat tepat untuk wilayah ini. “Kami sangat mendukung pembuatan kompos ini karena ini sangat bermanfaat dan mendukung para petani di sini,” lanjut Kepala Desa tersebut.
Bapak Kepala Bidang Kesra Desa Silalahi II juga mengapresiasi YPDT atas Program Bank Sampah Porkis di Kecamatan Silahisabungan. “Program Sampah ini, khususnya Pelatihan Kompos, sangat bermanfaat bagi Desa kami. Semoga kegiatan ini dapat dikembangkan di Desa kami,” ungkapnya mewakili Buman Pintu Batu (Kepala Desa Silalahi II).
Ibu Manihuruk, wakil dari Kecamatan Silahisabungan turut berbicara, katanya: “Pengelolaan sampah organik di Silahisabungan sangat diperlukan, tetapi juga sampah anorganik. Kita perlu membuat Seksi Sampah Organik dan Seksi Sampah Anorganik. Kalau kita lihat pembuangan/pencemaran sampai ke Danau Toba di Tao Silalahi, kita lihat banyak sekali sampah plastik yang dapat diolah menjadi kerajinan tangan. Jika sampah-sampah tersebut dapat kita ubah menjadi barang-barang kerajinan tangan yang cantik-cantik dan dijual di kios-kios di sini, maka semuanya itu dapat menjadi uang. Inilah maksud dari Bank Sampah itu.”
Terkait sampah-sampah kaca, Ibu tersebut mengusulkan ada baiknya kita kerahkan anak-anak untuk mengumpulkan sampah-sampah kaca tersebut dan kita beli dari mereka. Hal ini dapat mengurangi bahaya ketika anak-anak kita bermain, mereka tidak terluka karena sampah-sampah kaca tersebut.
Jhohannes Marbun selaku Sekretaris Ekesekutif dari YPDT berkata: “Kondisi Silalahi na Bolak atau Silahisabungan sudah lebih baik sejak 2016. Apalagi sekarang makin bertambah baik jika Program Bank Sampah ini dapat berjalan dengan baik. Ini berarti Kecamatan Silahisabungan dapat menjadi percontohan bagi tempat-tempat lain di Kawasan Danau Toba (KDT). Ketika Silahisabungan sudah menjadi contoh bagi yang lain, ini sama halnya menjadi berkat bagi yang lain. Karena itu, visi kota berkat di atas bukit akan dapat terwujud.”
“Sekalipun perhatian pemerintah masih kurang ke wilayah ini, tetapi kita tidak perlu berkecil hati. Ketika masyarakat mampu mengelola kampungnya, desanya atau wilayahnya, ini menjadi kekuatan yang luar biasa. Masyarakat Silahisabungan menjadi tuan di negeri sendiri,” tutupnya.
Pengurus YPDT memiliki “Program Pengembangan Kapasitas Masyarakat Silahisabungan dalam Pengelolaan dan Daur Ulang Sampah” di wilayah Kecamatan Silahisabungan. Program ini didukung Kedutaan Besar Selandia Baru dan sudah melakukan kegiatan Seminar dan Workshop “Pengelolaan Bank Sampah dalam Mendukung Pariwisata Danau Toba” pada 27-28 Juli 2018 lalu yang turut dihadiri oleh utusan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara. Demikian pula pada 31 Agustus – 1 September 2018 lalu, YPDT juga sudah melakukan kegiatan Pelatihan/Workshop Kerajinan Tangan (Craft) memanfaatkan Sampah dan Potensi Lingkungan di Kecamatan Silahisabungan.
Pewarta: Boy Tonggor Siahaan