TIPANG, DanauToba.org ― Pengurus Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT) berkesempatan mengunjungi masyarakat lokal di Tipang. Mereka mengadakan rapat bersama pada Minggu (24/6/2018) untuk menjelaskan program GCDT (Gerakan Cinta Danau Toba) dan mengajak keterlibatan masyarakat lokal menjadi panitia lokal.
Maruap Siahaan selaku Ketua Umum YPDT menceritakan sejarah berdirinya YPDT dan kepengurusannya pada periode ini (2014-2019). Dalam pertemuan tersebut, Ketum YPDT menyampaikan visi YPDT, yaitu: “Menjadikan Kawasan Danau Toba sebagai Kota Berkat di Atas Bukti.” Bersama dengan Jhohannes Marbun (Sekretaris Eksekutif YPDT), keduanya memaparkan program GCDT sejak GCDT I tahun 2015 di tujuh kabupaten sekitar Kawasan Danau Toba (KDT) hingga GCDT III tahun 2017. Pada tahun 2018 ini, YPDT akan menyelenggarakan GCDT IV di Bakara.
GCDT IV akan memfokuskan penggalian akar budaya dan sejarah Batak yang kaya dan melekat di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas). Humbahas dapat menjadi pelopor pelestarian sejarah dan budaya Batak yang dapat dicontoh bagi kabupaten-kabupaten lain di KDT.
Apa sebenarnya target dari kegiatan GCDT IV ini? YPDT menjelaskan ada target/sasaran penyelenggaraan GCDT ini di Bakara, antara lain:
- Mendatangkan orang Batak yang berdiaspora dari seluruh dunia dan mengembalikan mereka menjadi Batak kembali.
- Menjadikan kota ini sebagai kota budaya yang memiliki nilai sejarah (historis) yang kuat baik masa lalu, sekarang, dan yang akan datang.
- Pembersihan dan pelestarian lingkungan dengan mengajak peran masyarakat lokal.
- Bagaimana menampilkan kearifan lokal kita kepada para pengunjung dan wisatawan.
- Memperkenalkan dan memberdayakan kuliner lokal.
YPDT mendorong peserta rapat agar mempersiapkan kepanitiaan pada akhir Juni 2018 ini. Ada baiknya mereka melibatkan stakeholder (pemangku), seperti tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, dan pelaku usaha.
Maruap Siahaan mengatakan agar kita mandiri dan menyesuaikannya dengan kemampuan kita. Ini satu sistem nilai baru yang kita bangun. YPDT didirikan tahun 1995 yang tadinya elit politis, sekarang lebih ke pelayanan menyentuh masyarakat.
Intinya kehadiran kita sangat penting bagaimana mengembalikan orang Batak menjadi pekerja yang setia dan jujur dan bisa dimintai pertanggungjawaban yang memiliki integritas.
Atas visi itu, kita melakukan program yang salah satunya adalah GCDT.
Astrid br Manullang selaku Camat Baktiraja menilai sangat baik rencana kegiatan GCDT IV ini di Bakara. “Kami meyakini kegiatan ini sangat mendukung KSPN sebagaimana disampaikan Bapak Presiden,” lanjutnya.
Ibu Camat juga mengatakan: “Kebetulan pada Jumat (29/6/2018) di Kecamatan Baktiraja akan ada rapat ‘Pesona Humbahas’ dimotori Dinas Pariwisata Humbahas, rencananya bulan Juli 2018.”
“Sehubungan dengan program KSPN yang ditetapkan pemerintah, salah satu daerahnya itu adalah Kecamatan Baktiraja. Begitu juga persoalan lingkungan, kami sudah melakukan pembersihan eceng gondok di tepi Danau Toba, tetapi seminggu kemudian sudah banyak kembali,” jelas Ibu Camat. “Saya juga sudah berkomunikasi dengan Pak Purba, salah satu yang terlibat mempersiapkan GCDT IV berdomisili di Jakarta. Ada beberapa kegiatan lingkungan, solu bolon, dan yang lain, sama dengan rencan Pesona Humbahas,” sambungnya.
Maruap Siahaan memberikan arahan kepada Ibu Camat. Katanya: “Arahkan masyarakat.
Inang harus cermat melihat ada kepentingan-kepentingan luar. Oleh karena itu, perlu dikuatkan masyarakat, jangan sampai digadai atau dijual tanah. Kita harus persiapkan masyarakat. Tanah kita ini bukan untuk dijual. Jangan menghamba.”
Todo Marbun menyampaikan pandapatnya bahwa maksud dan tujuan organisasi ini baik. Ia tertarik dengan kegiatan ini. Selanjutnya ia mengatakan: “Sebagian ito-ito ini ada yang terlibat organisasi, tetapi ada juga Ibu Rumah Tangga. Jadi tidak semudah itu. Ini memang butuh waktu untuk sosialisasi untuk kerja yang seperti ini. Kalau saya berorganisasi ini menyangkut kredibilitas. Kalau tidak mampu ya memang lebih bagus diserahkan yang lain. Begitu juga dengan hal keuangan. Jadi harus transparan dan tidak tersembunyi. Inilah pertanyaan dan uneg-uneg kita. Karena ini menjadi awal untuk kita bisa sosialisasikan. Saya pada dasarnya tertarik dengan beberapa hal seperti pora-pora, situs budaya dan sejarah. Apalagi mengenai heritage di Bakara sangat menjanjikan.”
Merespons Todo Marbun, Jhohannes Marbun menjelaskan bahwa YPDT itu yayasan dan berbeda dari perkumpulan. YPDT memiliki pembina, pengurus, dan pengawas, serta ada izin Kemenkumham RI, sehingga bisa melakukan beberap kegiatan. Jadi bisa dilihat semua di situs danautoba.org. Untuk deskripsi kerja GCDT, kami bisa nanti dikirimkan soft filenya. Jadi beda antara YPDT dan GCDT. YPDT adalah yayasan dan GCDT adalah kegiatannya. Jadi GCDT itu bukan perkumpulan, tetapi kegiatan dari YPDT. Kalau ada kegiatan tentu ada struktur kepanitiaan. Jadi tidak usah khawatir, karena legal standingnya cukup jelas.
Maruap Siahaan juga menambahkan penjelasan Jhohannes Marbun, katanya: “Mengenai pendanaan, yaitu YPDT mendorong agar sifatnya partisipatif dan mandiri. YPDT bukan datang seperti sinterklas, tetapi menghimbau masyarakat semua untuk ambil bagian dan mengangkat keahlian-keahliannya. YPDT dan Panitia akan membuat proposal. Jadi membangun kemandirian dan kreativitas kita.”
Terkait kegiatan lingkungan hidup, YPDT mendorong agar kita dapat menjernihkan kembali Danau Toba, karena kita tidak mau ikan-ikan hidup di air kotor. “Marilah kita didik anak-anak menjadi anak-anak terang. Saya bisa bayangkan karena masyarakat itu bisa hidup dalam ketidakpastian,” kata Maruap Siahaan.
Ada juga masukan dari Martunas Siburian selaku Ketua Gerakan Pemuda Tipang. “Kita membutuhkan pendidikan kerohanian, mental, dan etika. Kami ingin mandiri. Kami dilatih menyablon,” katanya.
Acara rapat tersebut dihadiri 21 orang, baik dari YPDT maupun dari masyarakat lokal. (BTS/JM)