Bakara, DanauToba.org ― Mari kita kawal Humbang Hasundutan bersih dari sampah. Demikian komitmen yang dilontarkan Ricardo Lumbantoruan (Kepala Bidang Pelayanan Kebersihan dan Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Humbang Hasundutan) dalam Seminar Lingkungan Hidup di Aula Dermaga, Desa Marbu Toruan, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, pada Kamis (13/12/2018).
Seminar Lingkungan Hidup ini digagas Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT) melalui kegiatan Gerakan Cinta Danau Toba (GCDT) IV Tahun 2018 di Kecamatan Baktiraja pada 27-30 Desember 2018. Kegiatan Seminar Lingkungan Hidup ini mengusung tema: Pengelolaan Sampah dan Pemanfaatan Bank Sampah dalam Mendukung Danau Toba Sebagai Destinasi Pariwisata Nasional.
Ricardo menyampaikan bahwa sampah kita tidak terkendali. Di Baktiraja banyak sampah jajanan anak. Selain itu, jajanan sekolah tersebut juga banyak yang tidak sehat. “Karena itu, kami minta kepada sekolah agar perhatian terhadap masalah tersebut. Mereka adalah generasi masa depan kita,” lanjutnya.
Semua orang pusing dan pening mengatasi masalah sampah. “Kita perlu berpartisipasi dan bergotong royong mengatasi masalah sampah kita,” ajak Ricardo kepada peserta seminar.
Menurut Ricardo, pihak Dinas mengangkut sampah dari pasar 3 truk. “Ketika ditanya kepada pedagang, mereka sampaikan dibuang ‘tu bondar i amang’ (dibuang ke …. saja bapak),” cetus Ricardo.
Ini tantangan berat kita bersama. Ricardo mengajak agar masyarakat harus dididik. Di Baktiraja, kalau berpesta biasanya botol aqua banyak berserakan menjadi sampah. Mari kita didik masyarakat, terutama terutama anak-anak. Dari sejak kecil mereka harus dididik merawat lingkungan hidupnya bersih dari sampah.
“Kita harus membuat kebijakan dan strategi pengelolaan sampah daerah. Banyak Peraturan Daerah (Perda) atau kebijakan, tetapi implementasi lemah. Ini kendalanya. Ini sangat serius, tetapi kenyataan tidak ada perubahan. Kalau di Batak ada istilah ‘Sijulluk mata ni horbo’, ini tidak lagi cukup, perlu menjadi ‘Sijullang mata ni horbo’,” ungkap Ricardo.
Orang Batak itu terlalu serius, terkesan tidak romantis. “Kalau saya romantis. Kalau orang romantis biasanya kalau ada sampah dikantongi. Lalu setelah ada tempatnya ia buang di tempatnya,” kelakar Ricardo.
Di Baktiraja sudah ada Pabrik Daur Ulang (PDU). Ada 7 orang muda sebagai pengawal kebersihan. “Jadi jangan dianggap mereka sebagai Pemungut Sampah, karena mereka adalah pengawal dan kita semua mengawal ini,” jelas Ricardo.
Tahun 2019 akan dibangun Bank Sampah melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) di Humbang Hasundutan, tetapi belum tahu di mana tempatnya. Jadi perlu ke depan Bank Sampah ini.
Mengakhiri penyampaiannya, Ricardo berkata: “Jangan membuang sampah sembarangan. Dimohon dengan hormat peduli kebersihan. Ada motto orang Batak, yaitu: Ingkon ias, ingkon ramah, ingkon sopan (harus bersih, ramah, dan sopan).”
(Humas YPDT)