JAKARTA, DanauToba.org — Semua orang sudah tahu bahwa di Kawasan Danau Toba (KDT) banyak permasalahan yang ada. Karena itu, Tim YPDT yang dipimpin Maruap Siahaan datang berkunjung ke KDT sejak 5 Agustus sampai dengan 2 September 2016. Tim mengunjungi 7 Kabupaten di KDT dengan memberikan catatan-catatan penting dan kritis kepada kita. Dalam Diskusi Kamisan di Sekretariat YPDT (8/9/2016), Maruap memantik diskusi dengan topik “Berita KDT: Permasalahan dan Tantangannya.”
Maruap menegaskan bahwa ada 4 permasalahan utama di KDT, antara lain: masalah kerusakan lingkungan, masalah tingkat perekonomian masyarakat yang sangat rendah, masalah pendidikan, dan masalah kesadaran dan kepedulian masyarakat yang rendah terhadap lingkungan dan sesama.
Permasalahan kerusakan lingkungan sudah jelas faktanya, antara lain: ribuan ton ikan mati dari industri peternakan ikan dengan menggunakan keramba jaring apung (KJA), pencemaran air Danau Toba karena pembuangan limbah kotoran dan bahan kimia yang membahayakan makhluk hidup, masalah kebakaran hutan, masalah kekeringan sungai karena faktor kebakaran hutan, masalah sampah, dan lain-lain.
Tim YPDT sudah mendengar secara langsung suara warga masyarakat mengenai banyak hal. Dari percakapan yang satu ke percakapan berikutnya, Tim mempoleh gambaran bahwa di satu sisi mereka berterimakasih atas keputusan Pemerintah mengenai Danau Toba yang dijadikan sebagai destinasi pariwisata nasional dan internasional. Namun demikian, di sisi yang sama dengan itu mereka galau dan gamang dengan mengatakan: Apa yang mesti kami lakukan?”
Keluarga besar YPDT di KDT bersyukur bahwa salah satu doa syafaat pada acara GERAKAN CINTA DANAU TOBA (GCDT) tanggal 27-30 Des 2015 lalu dikabulkan oleh TUHAN. Permohonan doa kami bahwa Pemerintah menaruh perhatian serius kepada Danau Toba dan kawasannya ditandai dengan kehadiran Presiden RI dalam acara karnaval lalu memperingati 71 tahun HUT Kemerdekaan RI. Tentu mimpi kita bersama masih perlu perjuangan mewujudkan KDT MENJADI KOTA BERKAT DI ATAS BUKIT. Mimpi itu menginspirasi setiap pemangku kepentingan di KDT untuk memperjuangkan DANAU TOBA RAJA NI SUDENA TAO kembali menjadi TAO NA ULI, AEK NA TIO, MUAL HANGOLUAN.
Salah satu peserta Diskusi Kamisan mengatakan bahwa mengembalikan kondisi Danau Toba seperti sediakala memakan waktu sangat lama dan itu harus dimulai sekarang dengan menghentikan semua pengrusakan, baik yang dilakukan perusahaan-perusahaan raksasa seperti TPL, JAPFA, AQUAFARM dan toke-toke KJA.
Untuk menyampaikan keprihatinan itu serta mengajak kita berjuang bersama-sama, Tim YPDT mengunjungi para kepala daerah, DPRD, pimpinan TNI dan POLRI di lokasi setempat, dan masyarakat kampung (bonapasogit). Maruap menegaskan: “Respons mereka luar biasa dan berjanji untuk turut sama-sama berjuang. Sangat disayangkan adanya akhir-akhir ini anggota DPRD Provinsi SUMUT yang berkata bohong tentang TPL. Ia mengatakan bahwa TPL bukan perusak lingkungan.
Dalam kesempatan undangan menghadiri Kongres GMKI dan Pertemuan Nasional Senior GMKI, Ketum YPDT ini yang juga senior GMKI (aktif ber-GMKI sewaktu kuliah di ITB) menyampaikan dengan tegas bahwa “penyakit” di KDT sudah sangat kronis dan berpengaruh negatif pada KDT. Karena itu, ini perlu penanganan amat serius. Percuma jika tidak ada penanganan dan pembenahan komprehensif walaupun diposisikan sebagai destinasi pariwisata. Keluarga Besar GMKI dan para senior menyatakan turut berjuang dan berketetapan hati untuk turut serta memulihkan KDT.
Dalam Diskusi Kamisan ini, ada usulan kepada Pengurus YPDT agar membentuk tim yang menyusun masukan untuk Rencana Strategis yang akan disusun Badan Otorita Pengelolaan Kawasan Pariwisata Danau Toba. YPDT menyambut baik usulan tersebut.
Untuk rencana kegiatan Gerakan Cinta Danau Toba (GCDT) II, Ketum YPDT mengungkapkan kerinduannya agar GCDT II dipusatkan di Silalahi-Paropo pada 27-30 Desember 2016 mendatang. YPDT berharap melalui kegiatan GCDT II ini ada sesuatu yang dapat dikerjakan untuk KDT. Fokus GCDT II akan membidik anak, remaja, dan pemuda untuk menjadi penerus generasi Batak di masa depan.
Penulis: Jerry R.H. Sirait
Editor: Boy Tonggor Siahaan