
JAKARTA, DanauToba.org — Jaman sekarang, makin sulit puak-puak orang Batak untuk berkomunikasi. Di pertemuan adat, orang-orang Batak semakin tepecah-pecah karena mereka membanggakan marganya, adatnya, dan gaya adatnya. Kalau kita mau berkomunikasi dengan orang Pakpak, Karo, Toba, dan Simalungun tidak ada forum yang menjembatinya. Karena itu, masing-masing suku-suku Batak itu mempunyai organisasinya sendiri. Kalau begitu bagaimana kita dapat mempersatukan orang-orang Batak tersebut? Demikian ungkap Jansen Sinamo dalam acara Memasuki Sekretariat Baru Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT) di Jl. Mesjid Bendungan No. 13 RT. 001 RW 007, Cawang, Jakarta Timur, Kamis (25/2/2016).
Karena alasan di atas itulah, orang-orang Batak yang diaspora di Jakarta mendiskusikan: Apakah ada cara untuk mempersatukan orang-orang Batak baik yang berada di Kawasan Danau Toba atau yang terserak (diaspora) di mana-mana? Maka muncullah pada waktu kesepakatan bahwa Danau Toba menjadi simbol untuk mempersatukan orang-orang Batak tersebut. “Dari sinilah akhirnya kami membentuk Yayasan Pencinta Danau Toba pada 17 Agustus 1995,” cerita Jansen Sinamo.