JAKARTA, DanauToba.org — Hasil jajak pendapat (opinion polling) di media sosial YPDT mengenai 3 hal yang paling diinginkan masyarakat untuk pembangunan Kawasan Danau Toba (KDT), antara lain: infrastruktur, lingkungan, dan Sumber Daya Manusia. Selain itu, ada juga dua hal lain yang cukup penting disampaikan responden, yaitu: kebijakan/peraturan dan keamanan (security).
Jajak pendapat ini direspons sebanyak 60 orang dari 10.230 pengguna media sosial yang tergabung di Grup YPDT per tanggal 15 Maret 2016 dengan tingkat sebaran adalah masyarakat yang tinggal di Kawasan Danau Toba, di perantauan maupun di luar negeri. Ketertarikan mereka bergabung dengan Grup YPDT karena 2 (dua) alasan: pertama, kemandirian (independensi) anggota menyatakan diri bergabung atau menyetujui diri untuk bergabung karena kecintaan terhadap Danau Toba. Kedua, ikatan emosional antara masyarakat Batak di Kawasan Danau Toba dengan perantau sangat kuat dan berpengaruh satu sama lainnya.
Kami telah memetakan 3 hal yang paling diinginkan masyarakat untuk pembangunan KDT seperti ini. Dalam bidang infrastruktur, responden menginginkan akses, prasarana, dan sarana Transportasi baik darat, udara, dan air yang saling terkoneksi dan terintegrasi. Karena itu, perlu ada pembenahan tata ruang KDT lebih konkret, perbaikan dan pelebaran jalan-jalan dari dan menuju KDT, ketersediaan jalan Tol atau Jalan Lingkar Tol, pembenahan pelabuhan dan pengadaan kapal-kapal yang memenuhi standar baku laik jalan dan ramah lingkungan, meningkatkan kapasitas tampung dan layanan bandar udara, baik Silangit maupun Sibisa dan kemungkinan penjajakan pesawat ampibi, ketersediaan transportasi alternatif, misalnya cable car atau sky live. Sarana dan prasarana untuk akses teknologi informasi dan komunikasi yang memadai perlu dioptimalkan untuk menunjang pariwisata. Ketersediaan sarana rekreasi dan taman bermain untuk anak-anak perlu ditambahkan. Penataan pasar-pasar tradisional, kios-kios, dan warung-warung di KDT perlu ditingkat agar memenuhi standar. Pengembangan obyek-obyek pariwisata potensial di KDT, baik wisata rohani, alam, budaya, atau tematik lainnya. Ketersediaan prasarana dan sarana air bersih, gas, listrik, dan Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) terpadu di KDT, baik untuk kepentingan masyarakat, pariwisata, maupun kebutuhan lainnya.
Dalam bidang lingkungan, responden menyoroti beberapa hal, antara lain: Mengidentifikasi seluruh sumber beban pencemaran Danau Toba dan masing-masing kontribusinya; Perlunya memperbaiki kualitas lingkungan (alam) KDT; Mewujudkan kota ramah lingkungan, dimulai dengan lingkungan bersih, indah, dan nyaman; Perlu adanya penertiban atau pembersihan Danau Toba dari Keramba Jaring Apung; Menyediakan ruang terbuka hijau (RTH); Penguatan kualitas air Danau Toba (waste water treatment); Penataan hewan peliharaan (termasuk peternakan babi di Simarjarunjung) secara baik dan tertib serta memenuhi standar sehat dan hijau; Pentingnya pengelolaan sampah secara terpadu dan pengadaan petugas kebersihan sampah; Melakukan penertiban terhadap bangunan liar yang ada di pinggir Danau Toba termasuk “tenda Biru” di beberapa tempat.
Dalam bidang Sumber Daya Manusia, antara lain: Memperbaiki sikap mental yang mendukung pariwisata Kawasan Danau Toba seperti keramahan, ketulusan, jujur, Ikhlas, berpenampilan menarik (rapi dan bersih) serta menjauhkan kebiasaan ‘hosom, teal, elat, late’; Menguatkan character building dan mindset baik pemerintah/pemda, swasta, masyarakat, maupun perguruan tinggi; Pemberdayaan masyarakat, seperti: Mendorong penguasaan terhadap bahasa internasional dan daerah; Penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan di bidang kepariwisataan dan industri pariwisata; Pembinaan masyarakat sadar wisata; Seminar atau sosialisasi yang intensif kepada warga masyarakat untuk menyambut wisatawan; Meningkatkan kemandirian masyarakat, termasuk dalam bidang perekonomian; Memberi bantuan modal atau pinjaman lunak kepada masyarakat; Memberikan penguatan terhadap masyarakat untuk memanfaatkan potensi dan produk unggulan di wilayahnya masing-masing agar memiliki nilai tambah ekonomi atau mengelolan bahan baku menjadi barang jadi; Menguatkan kapasitas nelayan; Peningkatan sumber daya manusia di bidang pendidikan atau sekolah; Membuat perpustakaan; Melakukan pemilihan Duta Pariwisata Danau Toba di masing-masing Kabupaten maupun Kawasan Danau Toba; Mengembangkan ‘senyum’ kepada setiap orang, termasuk wisatawan; Menggalakkan 7 K (sapta pesona); Membangun kesadaran sebagai tuan rumah (pelaku) dan bukan penonton dalam pembangunan KDT; Pembinaan dan penyadaran masyarakat agar tercipta rasa memiliki ‘sense of belonging´ masyarakat terhadap lingkungan kawasan Danau Toba, seperti, masyarakat tidak kehilangan akses terhadap danau sehat. Selain itu masyarakat secara aktif mengelola lingkungan bersih di kawasan Danau Toba, sampah-sampah didaur ulang. dll.
(bts, jm)