JAKARTA, DanauToba.org — Orangnya amat tenang. Selalu mengambil tempat di sudut kanan ruang rapat dekat pintu masuk Kantor BATAK CENTER di Jl. Tanah Abang II/41, Jakarta Pusat. Jika tidak kita minta, ia tidak akan buka suara. Namun, seingat saya, tidak ada tugasnya yang terlantar. Semuanya tuntas. Dia menjadi istimewa karena apa yang dikerjakannya betul-betul dengan motivasi pelayanan. Volunteer murni.
Sama dengan fungsionaris Panitia Ulos Fest 2019 lainnya. Ketua Panitia, Pak Joe Marbun dan Sekretaris, Pak Freddy F. Pandiangan, dan Humas, Boy Tonggor Siahaan, menjadi saksi atas kesungguhannya turut serta menyukseskan Ulos Fest 2019. Ia tidak menerima sepeser pun sebagai imbalan karyanya yang monumental, yaitu Web dan IT BATAK CENTER.
Pada akhir tahun lalu, walau ia sekeluarga libur besar di Bona Pasogit, ia tetap memenuhi kerinduan Ketum BATAK CENTER, Pak Sintong M. Tampubolon, membuat ucapan Selamat Hari Raya Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 dari BATAK CENTER, yang dibuatnya sangat apik di Web BATAK CENTER. Suatu contoh dan dedikasi yang luar biasa!
Awal kami mengenalnya atas jasa Pak Mardi Sinaga. Ketika itu Ketum BATAK CENTER mengatakan kepada saya bahwa BATAK CENTER membutuhkan seseorang yang menangani WEB/IT. Lalu saya mengatakan bahwa aktivis YPDT (Yayasan Pencinta Danau Toba) ada pakarnya, yaitu Pak Mardi Sinaga. Lalu beliau berkomunikasi dengan Pak Mardi. Kemudian setelah itu, Pak Mardi memperkenalkan orang yang sangat piawai di bidang IT. Selanjutnya, Pak Ketum membangun komunikasi dengannya. Jadilah BATAK CENTER ber-IT, ber-Web.
Ya, di belakang Web/ IT BATAK CENTER adalah Bona Gurning, S.T, M.Hum, yang telah mendahului kita. Almarhum bergelar Ama ni Barry, suami dari Ibu Efrida br. Bangun, ayah dari 3 (tiga) orang putera yang ganteng – ganteng. Ketiganya: Barry Oscar Lionel Gurning, 9 tahun; Benjamin Gurning, 7 tahun; Billy Gurning, 3 tahun, masih kecil-kecil. Bona Gurning, yang lahir di Jakarta, 1 Januari 1975 itu adalah alumnus UNPAR, Bandung, S-1 Teknik Sipil (2000) dan UI, Depok, S-2 Ilmu Perpustakaan. Ia lahir di Jakarta namun sangat “mau tahu” tentang Batak/ Habatakon. Bahkan dari penuturannya ia amat menyesal karen tidak menguasai bahasa Batak. Ia dengan itonya Mona br. Gurning (Nai Cecil, Ny. Mangatas Manurung) sudah yatim sejak masih sangat muda. Ayahnya, Manala Gurning, meninggal tahun 1996 sewaktu Bona berusia 21 tahun. Bona dan adik2nya diasuh oleh Ibunda tersayang mereka, yaitu Ibu Helmina br. Sinaga sampai mereka berkeluarga. Dari ketiga anaknya, Inang Ny. Gurning br Sinaga (Nai Bona/Ompu Barry) dianugerahi Tuhan 5 (lima) orang cucu.
Kemarin sahabat kita Bona Gurning ini telah kembali ke asalnya, adamah (tanah). Karena dari tanah ia berasal. Rohnya beristirahat dalam damai / RIP di hades / seol. Dia dimakamkan di TPU Pondok Kelapa.
Bona bukan “korban corona”. Meninggal karena sakit jantung. Demikian dari sudut medis. Dari sudut iman percayanya ia, atas kehendak Penciptanya mengakhiri perjalanan hidupnya di dunia ini. Ia menuju kekekalan abadi. Melalui kematiannya Tuhanlah yang menjaganya. Ada pengkhotbah yang mengatakan bahwa “Jika Pemiliknya lebih membutuhkannya sekarang, ya sekarang.”
[Slideshow "bona-gurning" not found]
Dia meninggalkan semua yang terikat padanya, ibunya, mertuanya, isterinya, dan anak-anaknya yang masih kecil. Ia meninggalkan bisnisnya melalui bendera PT Cipta Tata Dokumen Indonesia yang didirikan oleh orangtuanya – yang bersama ibunya ia berkarya di sana. Ia pun mengakhiri pelayanannya sebagai Penatua GKI Camar, Cikunir. Ia meninggalkan BATAK CENTER dan sahabat-sahabatinya aktivis BATAK CENTER. Ia, oleh karena kepergiannya tidak lagi mengambil bagian dalam kegiatan “Batak Bersatu Melawan Covid 19”.
Sedikit tambahan. Karena saya dan dia sudah tergolong dekat, saya pernah “marah” padanya. Mengapa? Karena rokok. Ia selalu mencuri-curi waktu untuk merokok. Pernah saya katakan kepadanya: kapan sih kau dan Laemu Leo bisa berhenti merokok? Dia hanya senyum, tidak berani berjanji untuk berhenti merokok. Sebelumnya setelah martarombo dengan dia, saya baru tahu bahwa ia adalah itonya cucu keponakan saya, Leo Mangatas Manurung. Namun saya selalu salut padanya karena ketenangan dan rendah hatinya. Ia rendah hati, karena ia tidak mau jika namanya dilengkapi gelar akademik dalam SK Kepengurusan BATAK CENTER. “Tidak usah Bapak. Cukup Bona Gurning saja” katanya. Kesan yang luar biasa ditinggalkanya bagi saya, sahabat-sahabatnya, dan BATAK CENTER.
Selamat jalan Bona! Kau berangkat mengikuti perjalanan Yesus Tuhan menuju tempat itu, sambulo ni tondi. Ilunami manetek mamereng parborhatmu huhut di bagasan panghirimon na pajumpang do hita muse di Surgo hasonangan i, inganan na dumenggan i. Semogalah isteri dan anak-anakmu serta segenap kaum keluarga yang mengasihimu menerima fakta bahwa di balik kepergianmu ada berkat melimpah bagi isteri dan anak-anakmu.
Filipi 1:22-23: Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus–itu memang jauh lebih baik;
Jakarta, 6 April 2020
Jerry R. Sirait (Sekjen BATAK CENTER)