JAKARTA, DanauToba.org — Bisnis online atau bahasa kerennya e-commerce di dunia maya (Internet) semakin merambah secara pesat. Semua e-commerce berlomba-lomba meraup keuntungan sebesar-besarnya. Persaingan harga dan layanan (service) dalam bisnis maya ini sangat ketat dan kompetitif. Siapakah yang sangat diuntungkan dalam bisnis online ini? Tentu saja si pengelola e-commerce tersebut.
Meskipun bisnis online atau e-commerce terkesan menguntungkan produsen, tetapi pada kenyataannya bisnis seperti ini lebih banyak memasukkan profit kepada si pengelolanya. Hal seperti ini biasa dalam dunia bisnis. Namun demikian, ada satu pelaku e-commerce, yaitu: hazuta.com, melampaui hal biasa dalam bisnis online.
Apakah yang berbeda dari hazuta.com ini dibandingkan dengan bisnis-bisnis online lainnya? hazuta.com memiliki bisnis yang bersifat share profit dan share value. Share profit dalam pengertian memberikan keuntungan lebih kepada produsen dan kepuasan kualitas kepada konsumen. Sedangkan, share value adalah keuntungan yang bermakna bagi pihak produsen dan konsumen.
Mungkin kita belum begitu menangkap maksud dari share profit dan share value tersebut. Sebagai contoh, di sini hazuta.com menjual kebutuhan pokok barang konsumsi dan industri kreatif (home industry). Produsen barang konsumsi tersebut adalah petani dan nelayan. Sedangkan, industri kreatif adalah usaha mikro rakyat kecil dan menengah (UMKM). Katakanlah seorang petani menjual padinya Rp6.000/Kg sudah memperoleh untung. Hazuta akan membeli padinya Rp8.000/Kg, maka si petani itu memperoleh keuntungan lebih dari Hazuta. Hazuta di situsnya akan menjual padi itu dengan harga Rp10.000/Kg dengan memberi keyakinan kepada konsumen bahwa padi tersebut langsung dari sawah tanpa bahan pengawet dengan kualitas yang terbaik. Ini tentu memberikan kepuasan kualitas barang yang baik kepada konsumen. Di sini ada share profit baik kepada produsen maupun konsumen. Lalu di mana share valuenya? Hazuta akan memberi share valuenya dengan menyisihkan keuntungannya sebesar 50% untuk pelestarian lingkungan hidup. Kalau keuntungan penjualan padi itu Rp2.000/Kg, maka keuntungan Rp1.000/Kg (50% dari Rp2.000/Kg) dialokasikan untuk donasi pelestarian lingkungan hidup. Bisa saja donasi tersebut untuk melestarikan kawasan alam pertanian, misalnya. Tentu ini secara langsung menjadi share value bagi petani dan secara tidak langsung share value juga bagi konsumen karena ikut berperan melestarikan lingkungan yang bermanfaat bagi semua makhluk hidup.
Dalam menjaga agar share profit dan share value tersebut tidak menyimpang, maka Hazuta memberikan standarisasi produk, mutu, dan manajemen. Ini berarti Hazuta akan menjual produk-produk terjaga mutunya, keasliannya, rasanya (taste), ramah lingkungan, dan dapat diterima masyarakat pada umumnya. Untuk produk-produk industri keratif, Hazuta mensyaratkan adanya ciri khas budaya lokal atau memiliki kearifan lokal (cipta, karsa, dan rasa).
Hazuta memiliki motto “grow to share” (bertumbuh untuk berbagi). Di hazuta.com inilah gudangnya penyimpanan produk-produk lokal yang masih asali di mana Anda masih bisa menemukan budaya dan kearifan lokal. Hajut (Bahasa Indonesia yang diserap) itu sendiri memiliki arti tempat peyimpanan. Di Sunda pun memiliki kesamaan dengan kata “rajut”. Mungkin di beberapa daerah memiliki etimonologi yang mirip seperti hajut atau rajut. Supaya kata “hajut” memiliki daya tarik bisnis, maka kata tersebut diubah menjadi hazuta.
Kalau sudah kenal hazuta.com, maka tidak akan beralih ke yang lain. (BTS)