
Jakarta, DanauToba.org — Sejak digulirkannya Draft Perpres tentang Pembentukan Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba (BODT) pada bulan Januari 2016 lalu, YPDT intensif mendalami isi draft Perpres tersebut yang diharapkan menjadi bahan masukan untuk memperkuat materi draft Perpres yang sudah ada. Salah satunya melalui Diskusi Kamisan (Lake Toba Evening Discussion) yang diselenggarakan pada Kamis (18/02/2016) lalu di sekretariat YPDT dengan tema “Tantangan dan Harapan Danau Toba: Konsolidasi dan Sinergi Otorita Pariwisata Danau Toba”. Diskusi tersebut membahas: 1). Perkembangan pembahasan draft Perpres BODT; 2). Terbentuknya dua badan yaitu Badan Pelaksana Geopark Kaldera Toba Provinsi Sumatera Utara dan Kelompok kerja Percepatan Pembangunan Sepuluh Destinasi Pariwisata Prioritas mendahului pembentukan Badan Otorita; 3). Serba serbi penguatan medan layanan YPDT dan optimalisasi kepengurusan.
Diskusi Kamisan yang dimulai pukul 18.00 WIB sampai dengan 21.30 WIB menghasilkan beberapa catatan yang dihasilkan dalam forum tersebut, di antaranya:
- Forum diskusi mendukung langkah Pemerintah c.q. Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya Republik Indonesia membentuk Badan Otorita Danau Toba dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat di kawasan Danau Toba. Untuk itu perlu mengubah perspektif berpikir “berangkat dari kekhawatiran menjadi berangkat dari sebuah harapan.” Forum menyepakati perlunya pembahasan draft Perpres BODT secara konprehensif yaitu dimulai dengan membuat konsep akademik sebagai acuan YPDT dalam membahas draft Perpres BODT sebelum ditandatangani oleh Presiden, Ir. Joko Widodo. Konsep Akademik tersebut perlu mempertimbangkan visi bersama yaitu mewujudkan Kawasan Danau Toba menjadi Kota Berkat di Atas Bukit, sehingga terjalin sinergi antarkelompok kepentingan dalam membangun Kawasan Danau Toba. Untuk itu, forum menunjuk Bapak Mardi F.N. Sinaga, Ketua Departemen Pariwisata dan Ekonomi Kreatif YPDT sebagai host membuat konsep akademik dibantu oleh Sandy E. Situngkir (pendekatan Hukum), Pdt. Marihot Siahaan (pendekatan Teologis), Parluhutan Manurung (pendekatan Demografis), dan Jhohannes Marbun (pendekatan Budaya). Draft konsep akademik ini akan dipaparkan pada Forum Diskusi Kamisan “Lake Toba Coffee Evening”, 25 Februari 2016 Pukul 18.00 s.d. selesai.
- Forum diskusi melihat bahwa terbentuknya Badan Pelaksana Geopark Kaldera Toba Provinsi Sumatera Utara dan Kelompok Kerja Percepatan Pembangunan Sepuluh Destinasi Pariwisata Prioritas membuat kebingungan di masyarakat di mana, pada saat yang sama, Presiden RI akan membentuk Badan Otorita Danau Toba. Forum diskusi berpendapat bahwa pembentukan kedua badan/kelompok kerja tersebut menunjukkan tidak berjalannya koordinasi atau sebaliknya terjadi tarik-menarik kepentingan di internal pemerintahan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di kawasan Danau Toba belumlah menjadi perhatian dalam rencana pembangunan Kawasan Danau Toba. Untuk itu forum diskusi meminta adanya kejelasan dari kedua institusi tersebut. Sejauh ini, YPDT tidak berkolaborasi dengan kedua organisasi bentukan tersebut. Pada prinsipnya YPDT selalu komitmen untuk mendampingi masyarakat di Kawasan Danau Toba, termasuk kebudayaannya seperti adat-istiadat lokal (Batak), situs-situs dan bangunan bersejarah misalnya situs geopark, rumah adat Batak, dll.
- Forum diskusi mendorong YPDT agar tetap konsisten mendampingi masyarakat di Kawasan Danau Toba dan diharapkan menjadi saluran komunikasi dalam memberikan masukan kepada pemerintah atau pemerintah daerah. Merespons hal ini, YPDT akan terus memantau dan mengajak masyarakat luas di mana pun berada ikut berpartisipasi, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan memanfaatkan media website YPDT (org) dan media sosial FB (grup dan Page) dan Twitter (@YPDTJakarta) sebagai penyebaran informasi dan komunikasi secara transparan dan bertanggung jawab. Kedua saluran media tersebut sudah menjadi media informasi dan komunikasi YPDT dengan masyarakat luas di seluruh dunia.
- Kerjasama dengan Pimpinan gereja untuk menghadapi tantangan pengembangan akselerasi kawasan, sehingga masyarakat siap menghadapi tantangan yang ada baik dalam rangka pengembangan Danau Toba sebagai kawasan pariwisata dunia dan juga tantangan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Masyarakat perlu dikuatkan dalam mengelola potensi (salah satunya tanah) yang dimiliki agar membawa kesejahteraan bagi masyarakat di Kawasan Danau Toba. Tanah harus dilihat sebagai modal dasar dalam membangun kesejahteraannya untuk itu perlu dikelola secara baik.
- Melihat pentingnya peran YPDT baik sebagai mitra pemerintah dan juga pendamping masyarakat, maka YPDT perlu mengefektifkan kepengurusannya sehingga kegiatan yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik mengarah pada upaya mewujudkan visi “Menjadikan Kawasan Danau Toba sebagai Kota Berkat di Atas Bukit”. Personel YPDT yang tidak atau kurang aktif perlu dikirimkan kembali surat komitmen kesediaannya sebagai pengurus. Rapat Kerja (Raker) direncanakan pada bulan Maret 2016, untuk itu masing-masing Ketua dan Wakil Ketua Departemen sangat diharapkan perannya mempersiapkan rancangan program kerja departemen serta membagikannya dan mendiskusikannya bersama pengurus lainnya. Mengenai jadwal diskusi departemen, akan diatur kembali oleh Sekretariat. Sedangkan Raker direncanakan pada bulan Maret 2016 di tempat Ibu Sariyati Pardede di daerah Puncak.
Forum diskusi menyepakati untuk melanjutkan Diskusi Kamisan “Lake Toba Coffee Evening” pada hari Kamis, 25 Februari 2016 membahas draft konsep akademik sebagai acuan draft Perpres BODT. Diskusi Kamisan mendatang tetap terbuka untuk semua khalayak yang peduli Danau Toba. Salam Sahabat Danau Toba. (bts & jm)