
SIBORONGBORONG, DanauToba.org ― Gereja tidak hanya mengurusi pelayanan mimbar kepada Jemaat, tetapi Gereja perlu mendorong umatnya mencintai Budayanya sebagai bagian dari pelayanan Gereja. Gereja harus mampu menerangi budaya yang berperan dalam kehidupan umat.
Hal tersebut disampaikan Pdt Daniel Sitorus Pane (Ketua Badan Kerjasama Antar Gereja Kabupaten Tapanuli Utara) dalam kesempatan membuka Acara Diskusi Parenting: Pola Asuh Berbasis Budaya di Huria Kristen Indonesia (HKI) Hutasoit Pardomuan, Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, pada Rabu (27/12/2017).
“Kami, Badan Kerjasama Antar Gereja (BKAG) Kabupaten Tapanuli Utara, mengucapkan terimakasih kepada Panitia Gerakan Cinta Danau Toba (GCDT) 3 yang menyelenggarakan kegiatan Diskusi Parenting: Pola Asuh Berbasis Budaya Batak di Siborongborong ini,” ujar Pendeta Jemaat di HKI Hutasoit Pardomuan tersebut.
Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk usaha melestarikan Budaya Batak kepada generasi muda Batak, mulai dari anak-anak, remaja, pemuda (naposo), hingga orang tua.
Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT) telah mempersiapkan Acara Diskusi Parenting tersebut dalam rangkaian Kegiatan GCDT 3 yang dilokuskan di Siborongborong.
“Ya benar,” ujar Pdt Marihot Siahaan selaku Ketua Panitia GCDT 3. Ini adalah rangkaian kegiatan GCDT 3 mulai dari kegiatan Seminar Parenting pada Jumat (1/12/2017) lalu, berlanjut ke Acara 15 Kidung Natal yang heboh di Siborongborong, Diskusi Parenting, hingga Jelajah Wisata Rohani ke beberapa lokasi di Tarutung dan sekitarnya, serta ke Hutaginjang dan sekitarnya. Demikian penjelasan lebih lanjut Pendeta Jemaat ini dari Gereja Punguan Kristen Batak (GPKB) Pulomas – Rawamangun, Jakarta.
Kembali kepada Pdt Sitorus Pane, ia memiliki harapan atas kegiatan bersama ini, antara YPDT dan BKAG. “Harapan saya, generasi muda Batak makin mencintai Budayanya sendiri. Kita harus menjadi tuan bukan hamba di tanah sendiri (we are not slave in our land),” seru Pdt Sitorus Pane.
Pdt Sitorus Pane tegas menyatakan bahwa kita harus menjadi tuan bukan hamba di tanah sendiri. Ini mengindikasikan bahwa tanah (tano) Batak mulai rawan dikuasai pihak luar. Keprihatinan tersebut dapat kita atasi jika kita, bangso Batak, mampu melestarikan Budaya Batak karena Budaya Batak tidak dapat dilepaskan dari Tano Batak.
Hadir dalam Acara Diskusi Parenting tersebut antara lain: Pdt Daniel Sitorus Pane (Ketua BKAG), Drs Maruap Siahaan, MBA (Ketum YPDT), Pdt Marihot Siahaan (Ketua Panitia GCDT 3), Prof Dr Payaman Simanjuntak (Pembina YPDT sekaligus Pembicara Diskusi), Pdt Nelson Siregar, MTh (Pembicara Diskusi), Susi Rio Panjaitan, M.Psi (Sekretaris Panitia GCDT 3 sekaligus Pembicara Diskusi), Jhohannes Marbun, SS, MA (Sekretaris Eksekutif YPDT sekaligus moderator diskusi), Boy Tonggor Siahaan (Staf YPDT dan Panitia GCDT 3), Edward Tigor Siahaan (Pengurus YPDT Perwakilan Tapanuli Utara), Pdt Hotmaida Nababan br Siahaan (Bendahara BKAG), dan para peserta diskusi sekitar 50 orang. (BTS)