JAKARTA, DanauToba.org — Masyarakat Enggano mulai khawatir akan masuknya investor perusak lingkungan mengusai tanah mereka, apalagi ada rencana Pemda setempat menjadikan Enggano sebagai destinasi wisata. Kekhawatiran mereka disampaikan kepada Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT) karena mereka merasa yakin YPDT mampu mendukung masyarakat tersebut tidak mengulangi nasib yang sama apa yang dialami masyarakat di Kawasan Danau Toba (KDT). Masyarakat KDT sangat dirugikan karena investor perusak lingkungan telah merusak Danau Toba dan kawasan hutan yang menopang Danau Toba.
Sesepuh masyarakat Enggano, Ferdinand Kaarubi (70), mewakili tokoh masyarakat menyampaikan hal tersebut kepada Pengurus YPDT yang diterima Maruap Siahaan (Ketua Umum YPDT). YPDT menerima perwakilan masyarakat tersebut Jumat malam (25/11/2016). Kaarubi sebagai salah satu kepala suku menceritakan bahwa mereka menghadapi masalah yang pelik terkait dengan agraria di wilayah mereka. Pulau Enggano yang masuk ke dalam Provinsi Bengkulu (sebelah barat Bengkulu sejajar dengan Mentawai) akan dijadikan salah satu destinasi wisata. Konflik pertanahan terjadi di wilayah tersebut.
Menyambung apa yang disampaikan Kaarubi, Pdt Rindu Hutasoit, S.Th (pendeta HKBP di Enggano) menambahkan bahwa masyarakat Enggano sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Mereka kebanyakan masih tergolong miskin dan berpendidikan rendah. Karena itu, masyarakat Enggano mengharapkan masukan dari YPDT apa yang harus mereka lakukan.
Menanggapi pernyataan dan pertanyaan dari kedua perwakilan masyarakat Enggano tersebut, Maruap Siahaan menyampaikan beberapa hal.
Pertama, Pak Ketum berterimakasih atas kunjungan masyarakat Enggano sebanyak 11 orang ke Sekretariat YPDT.
Kedua, YPDT konsisten atas perjuangannya menggugat para investor yang secara kasat mata sudah merusak Danau Toba dan kawasan hutan yang menopang kehidupan msayarakat di KDT dan ekosistem di KDT. “Para investor perusak lingkungan di KDT tersebut harus mengganti rugi semua kerusakan yang ditimbulkannya dan memulihkan kembali KDT menjadi Danau Toba yang bersih, airnya jernih layak diminum, dan sumber air kehidupan bagi masyarakat dan makhluk hidup lainnya di KDT (Tao Toba nauli, aek natio, mual hangoluon),” tegas Maruap Siahaan.
Tiga, terkait tanah, apalagi tanah ulayat, Maruap Siahaan menyarankan untuk mempertahankan tanah mereka, baik itu tanah milik sendiri maupun milik ulayat. Jangan mau menjual tanahnya kepada para investor yang suatu saat akan menggilas mereka. Meskipun mereka miskin secara materi, tetaplah pertahankan tanah tersebut. Kalau sampai tanah tersebut dikuasai para investor yang diketahui perusak, maka mereka akan menjadi penonton bahkan korban, bukan pelaku usaha di tanah mereka sendiri. Hal seperti itu sudah dialami msyarakat di KDT.
Keempat, Maruap Siahaan menyarankan agar mereka menanam tanaman yang tahan lama untuk disimpan, tetapi memiliki nilai jual tinggi. Sebagai contoh, merica, lada, vanila, tilam, dan lain-lain. Contoh tanaman-tanaman tersebut kalau dijual ongkos kirimnya ringan dan nilai jualnya tinggi serta tahan lama untuk disimpan.
Kelima, masyarkat Enggano harus memperkuat diri dengan pendidikan. Anak-anak mereka harus mampu meraih pendidikan yang tertinggi agar mampu membangun kampung halamannya.
Pertemuan kedua belah pihak ini menyepakati akan lebih intens berkomunikasi untuk kebaikan bersama. YPDT siap mendukung masyarakat Enggano agar mampu mengelola tanah dan wilayahnya untuk kesejahteraan bagi mereka. (Boy Tonggor Siahaan)