DanauToba.org — BATAK CENTER menyelenggarakan Dialog Kebangsaan dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) di Jakarta, Jumat (26/5/2023). Dari pewacanaan sembilan orang narasumber, mereka satu suara bahwa Dialog Kebangsaan ini menggugah perubahan negeri ini ke arah yang lebih baik di masa depan. Setidaknya pada tahun emas Republik Indonesia (RI) pada 2045, kebangkitan nasional itu signifikan.
Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT) sebagai salah satu inisiator yang mendirikan BATAK CENTER turut mendukung perhelatan Dialog Kebangsaan ini. Ketua Umum YPDT Maruap Siahaan turut hadir dalam gaung Harkitnas 2023 ini.
Jhohannes Marbun selaku anggota Pengawas YPDT menjadi Master of Ceremony (MC). Marbun juga menjadi salah satu pengurus BATAK CENTER sebagai Ketua Departemen Pelestarian Warisan Budaya. Dia sekaligus membulatkan wacana dialog ini menjadi rekomendasi BATAK CENTER kepada bangsa dan negara RI.
Sementara itu, sebagai moderator dialog adalah Arta Peto Sinamo (dari BATAK CENTER) dan Sonya Hellen Sinombor (jurnalis Kompas). Kedua kaum hawa ini mampu mengatur lalu lintas wacana dialog dengan disiplin dan tertib berdialog.
Adapun, acara tersebut berlangsung dwi ruang (diksi yang diperkenalkan Mr. Inspirator BTS) atau hybrid (diksi asing). Artinya, pelaksanaan perhelatan tersebut menggunakan ruang nyata (onsite) dan ruang maya (online melalui aplikasi Zoom dan siaran langsung Instagram). Sementara host Zoom adalah Freddy FM Pandiangan yang juga sebagai Sekretaris Panitia.
Narasumber
Sebelumnya kami sudah menyebutkan bahwa ada sembilan narasumber. Mereka adalah Oetojo Oesman, SH (tokoh nasional, mantan Kepala BP7, mantan Menteri Kehakiman); Prof. Dr. H. Bomer Pasaribu, S.H., S.E., M.S. (tokoh nasional, mantan Menteri Tenaga Kerja, mantan Dubes RI, Ketua Dewan Penasihat Nasional BATAK CENTER); Prof. Fasli Djalal, Ph.D (tokoh nasional, mantan Wamen Kemdikbudnas, Rektor Universitas YARSI); Erry R. Hardjapamekas (tokoh nasional & budayawan Sunda, mantan Wakil Ketua KPK); Laksamana Madya TNI Dadi Hartanto, M.Tr. (Han) (Sesjen Dewan Ketahanan Nasional RI); Prof. Yudhi Haryono, Ph.D (tokoh nasional, akademisi, Direktur Eksekutif NUSANTARA CENTER); Prof. Dr. John Pieris, S.H, M.H. (tokoh nasional, mantan Anggota DPD RI, Ketua Prodi S-3 Ilmu Hukum PPS UKI); Angelica Tengker (praktisi pendidikan, Ketua Umum Kerukunan Keluarga Kawanua); Dr. Raymond Sihombing (tokoh diaspora di Moskow, Rusia, pakar hukum antariksa, pendiri BATAK CENTER di Rusia).
Sambutan Hangat BATAK CENTER
Sebelum masuk pada pewacanaan dialog dari narasumber, BATAK CENTER menghantarnya dengan sambutan hangat dari Ketua Panitia Jaya Tahoma Sirait dan Ketua Umum DPN BATAK CENTER Sintong M. Tampubolon.
Jaya Tahoma Sirait mengatakan bahwa Dialog Kebangsaan ini bagian dari perhelatan besar BATAK CENTER. Pertama, perhelatan Hari Pendidikan Nasional sudah berlangsung pada Jumat (5/5/2023) lalu. Ini perhelatan kedua dan akan berakhir dalam perhelatan ketiga Gempita Harkitnas 2023. Rencananya akan berlangsung Juni 2023.
Panitia penyelenggara mengangkat topik: “Memelihara dan Mengembangkan Semangat Kemajemukan dalam Kerangka Indonesia Unggul.” Dengan topik ini, Jaya Tahoma Sirait berkata: “Kebangkitan Nasional menuju Indonesia Emas ini penting dengan meningkatkan nilai-nilai pendidikan dalam membangun nasionalisme pemuda Bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan, mencerdaskan kehidupan bangsa, menggapai kesejahteraan, dan kemakmuran yang berkeadilan.”
Selanjutnya, Ketua Umum DPN BATAK CENTER Sintong M. Tampubolon sangat mengapresiasi kehadiran beberapa tokoh nasional, baik yang sudah senior seperti Oetojo Oesman dan Bomer Pasaribu, juga yang masih muda tetapi sudah matang seperti Fasli Djalal, Erry R. Hardjapamekas, Dadi Hartanto, Yudhi Haryono, dan John Pieris. Sementara satu-satunya yang mewakili gender perempuan adalah Angelica Tengker. Tidak ketinggalan juga orang muda Batak yang masih energik, yaitu: Raymond Sihombing, menjadi penerus kami yang sudah tua ini.
Selain itu, “Dalam dialog ini, BATAK CENTER menghadirkan para narasumber dari berbagai lintas seperti lintas generasi, suku, gender, profesi, agama, budaya, dan latar belakang lainnya,” kata Ketum BATAK CENTER. Jadi dalam Dialog Kebangsaan ini BATAK CENTER menghadirkan nuansa “nusantara mini” dengan bhineka tunggal ikanya.
Lebih lanjut Ketum BATAK CENTER menjelaskan bahwa dialog kebangsaan ini untuk mengingatkan kita pada dasar keindonesiaan kita, yaitu: Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pewacanaan Narasumber
Ada sejumlah benih pemikiran dari para narasumber yang patut kita sebarkan, khususnya kepada generasi muda. Berikut ini benih pemikiran tersebut:
Oetojo Oesman:
Kita perlu mengembangkan kebhinekaan dalam keikaan, artinya keberagaman dalam kesatuan. Hal ini perlu dipupuk terus kepada generasi muda dan generasi mendatang agar tidak pudar. Soalnya ini makin memudar. Kita yang masih memahami arti kebhinekaan tunggal ika sepatutnya mewacanakan ini kepada anak dan cucu kita.
Bomer Pasaribu:
Untuk mencapai Indonesia unggul, kita harus berjuang menjadi negara yang sejahtera (welfare state). Syarat menjadi welfare state adalah adanya kepastian hukum dan keadilan, sudah berbasis pengetahuan (knowledge base) dengan sistem pendidikan yang unggul (pada era 4.0), dan berbasis budaya dengan moralitas yang berkembang baik (era 5.0).
Fasli Djalal:
Kita perlu mengembangkan kreativitas melalui pendidikan sebagaimana menyambung apa yang Prof. Bomer sampaikan. Untuk mencapai Indonesia unggul, pendidikan kita harus mampu mencetak tenaga terdidik dan terampil minimal 60% dari jumlah penduduk Indonesia. Inilah yang kita harus kejar hingga tahun 2045 (Indonesia emas).
Erry R. Hardjapamekas:
Jati diri (identitas) bangsa Indonesia yang sudah mendunia adalah kebudayaannya. Kita harus melestarikan kebudayaan nusantara dan ini luput dari perhatian kita karena terlena era digital. Salah satu yang makin tergerus adalah bahasa daerah. Bahasa daerah ini menjadi ciri khas bangsa kita karena kita terbanyak memiliki bahasa daerah dengan beragam dialek. Kita berharap generasi sekarang dan berikutnya dapat meneruskan pelestarian kebudayaan nusantara ini.
Dadi Hartanto:
Generasi muda perlu menghargai kemajemukan bangsa Indonesia sebagai nilai-nilai kita dari generasi sebelumnya. Nilai-nilai tersebut sudah dirumuskan oleh para pendiri bangsa ini yang terkandung dalam rumusan Pancasila. Selain itu, nilai-nilai legasi tersebut menjadi karakter bangsa Indonesia yang patut kita kembangkan dan sebarluaskan (sosialisasi) dalam lingkup kita masing-masing. Karena itu, kita perlu mengembangkan pendidikan karakter bangsa berdasarkan nilai-nilai legasi dari warisan nenek moyang kita.
Yudhi Haryono:
Untuk menuju Indonesia unggul, kita harus membangun jiwa dan raga rakyat Indonesia sebagaimana dalam lagu kebangsaan Indonesia Raya. Alih-alih membangun jiwa dan raga, pemerintah kita malah condong membangun infrastruktur. Hampir di pelosok negeri pembangunan infrastruktur lebih dominan.
Selain itu, kita sudah lama berada pada situasi paradox plenty (kutukan kelimpahan). Artinya, kita memiliki sumber daya alam melimpah, pertanian melimpah, dan hasil laut melimpah, tetapi juga hutangnya luarbiasa. Kita tidak mampu memaksimalkan kelimpahan tersebut dan tertidur di atasnya. Karena itu, kita perlu memperkuat intelektualisme kebangsaan dengan mengembangkan warisan para pendiri bangsa ini agar kita mampu mencapai Indonesia unggul seperti yang kita cita-citakan.
Jadi kita kelak nanti dapat berkata kepada generasi mendatang: “Aku wariskan negeri ini dengan orang-orang Indonesia yang anti korupsi. Aku wariskan konstitusi dan Pancasila yang menjaga Indonesia 1.000 tahun lagi.” Bukan sebaliknya, “Aku wariskan negeri ini dengan infrastruktur yang hebat,” tutur Yudhi.
Kepada BATAK CENTER, Yudhi berharap BATAK CENTER dapat meneruskan inteletualisme orang-orang Batak dalam suatu tulisan. Selanjutnya, ini dapat kita teruskan kepada generasi mendatang, sehingga kearifan orang Batak dalam inteletualisme tersebut tidak hilang bahkan mereka dapat kembangkan.
John Pieris:
Para pejuang bangsa ini rata-rata memiliki nasionalisme daerah. Artinya mereka punya kepentingan membela daerahnya masing-masing. Namun demikian, mereka juga memiliki nasionalisme Indonesia. Nasionalisme Indonesia ini mereka tempatkan lebih tinggi dari nasionalisme daerah, sehingga nasionalisme Indonesia itu dapat bersatu dari berbagai daerah. Hal inilah yang harus kita wariskan kepada generasi mendatang.
Dengan memperjuangkan nasionalisme Indonesia, maka otomatis nasionalisme daerah pun akan terakomodasi. Hal seperti ini nyaris tidak kita lihat lagi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Angelica Tengker:
Pada Kongres Pemuda I sebelum Kongres Pemuda II (Soempah Pemoeda 1928), ada keinginan untuk memperjuangkan kebebasan kaum perempuan dalam pendidikan dan emansipasi. Melalui pendidikan kita dapat meningkatkan kesadaran nasional. Di sini juga peran perempuan menjadi utama dan penting dalam meningkatkan kesadaran nasional tersebut.
Raymond Sihombing:
Generasi muda dan yang akan datang patut berbangga kalau Indonesia punya 5 sila dari Pancasila (sila dalam bahasa Rusia artinya kekuatan). Ini berarti Indonesia memiliki 5 kekuatan yang dalam Pancasila sudah dirumuskan oleh para pendiri bangsa ini. Kelima kekuatan inilah yang seharusnya kita gali dan kembangkan terus-menerus hingga kita mampu menjadi bangsa yang mandiri dan sejahtera.
Menyambung Oetojo Oesman, Reymond Sihombing sepakat apa kata mantan Menteri Kehakiman di era rejim Soeharto ini. Kemajemukan (kebhinekaan) adalah modal dasar dan kekuatan kita sebagai bangsa dan negara Indonesia. Indonesia terkaya memiliki kemajemukan daripada negara-negara di dunia. Jadi janganlah kemajemukan itu kita berangus karena ideologi tertentu yang tidak berasal dan mengakar pada bangsa ini. Justru kemajemukan itu menjaga persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa Indonesia.
Penutup
Setelah dialog kebangsaan selesai, Jhohanes Marbun membulatkan wacana tersebut seperti di bawah ini.
Saat ini kita berada dalam arus globalisasi. Kehidupan berkembang dari kegiatan berburu dan mengumpulkan makanan, pertukangan, industri, pasca industri, dan sekarang sudah berada pada Revolusi Industri 4.0. Tantangan dan perkembangan ilmu pengetahuan (knowledge) harus kita sikapi secara bijak tanpa harus tergerus pada arus globalisasi tersebut. Namun demikian, hal tersebut juga dapat memperkuat wawasan kebangsaan kita.
Menyikapi tantangan kekinian tentu kita harus berbasis ilmu pengetahuan (base on scientific) tanpa menghilangkan pengetahuan-pengetahuan lokal yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Alih-alih kita perlu melestarikan dengan mengembangkan pengetahuan-pengetahuan lokal tersebut.
Jadi kata kuncinya adalah Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul yang memiliki dampak bagi kesejahteraan rakyat. SDM dan karakter unggul tersebut bermanfaat dalam merawat kemajemukan dengan cara menggali dan mengembangkan nilai-nilai pengenalan diri, nilai-nilai luhur kedaerahan dan agama (religiositas), kesadaran nasional sebagai orang Indonesia, dan pola pikir yang bertumbuh khususnya adaptasi keberagaman.
Di akhir acara, Sekretaris Jenderal DPN BATAK CENTER Jerry R. Sirait menyampaikan bahwa Panitia bersama Pengurus BATAK CENTER akan mendokumentasikannya dalam Prosiding yang akan disampaikan kepada pemerintah dan lembaga terkait.
Pewarta: Mr. Inspirator Boy Tonggor Siahaan