
JAKARTA, DANAUTOBA.ORG — “Danau Toba adalah harta warisan anugerah Tuhan. Karena itu, kita dipanggil untuk mengembangkan potensi Kawasan Danau Toba untuk memberdayakan semua orang di sekitarnya, untuk Indonesia dan bahkan untuk Dunia,” demikian refleksi khotbah Pdt. Bernard T. P. Siagian, M.Th pada acara Malam Ucapan Syukur dan Doa Bersama menyambut pelaksanaan Gerakan Cinta Danau Toba (GCDT) 2015 (Save, Clean, Green Lake Toba) di Klub Persada Eksekutif Indonesia, Jumat (27/11/2015).
Khotbah Pdt. Siagian memaparkan bacaan Mazmur 98:4-9. Dalam Bacaan tersebut, Bumi dan segala isinya, termasuk manusia, diajak untuk bermazmur bagi Tuhan. Tuhan akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kebenaran. Ini berarti bahwa kita, manusia, bertanggung jawab kepada Tuhan atas pemeliharaan dunia dan segala isinya. Barangsiapa yang tidak mengindahkan hal itu, maka keadilan dan kebenaran Tuhan akan diimplikasikan.Danau Toba sebagai harta warisan yang dititipkan Tuhan kepada kita, khususnya kaum suku Batak, maka bagaimanakah penghargaan kita kepada pemeliharaan kawasan yang semula menjadi kekaguman dunia ini, kini mengalami kerusakan?
Menurut Pdt. Siagian, kita bersyukur bahwa Injil yang masuk ke Tanah Batak mampu berkontekstualisasi atau berinkulturalisasi dengan warisan yang berkembang di Tanah Batak. Di Pulau Samosir kita mengenal sebuah tempat bernama Pusuk Buhit di mana di sana menjadi cikal-bakal warisan budaya Batak di masa lalu. Konon katanya Nomensen berencana akan menancapkan Salib di Pusuk Buhit, tetapi sayang dia terlanjur jatuh sakit dan meninggal dunia. “Sudah sepantasnya Samosir menjadi pusat pendidikan dan historis teologis. Tempat tersebut berpotensi menjadi wisata rohani, terutama masuknya Injil ke Tanah Batak,” demikian tutur Pdt. Siagian.
Sekarang kawasan Danau Toba sudah berubah dan ‘menderita’ karena kerusakan lingkungan alam sekitarnya. Penyebab kerusakan tersebut karena ada orang-orang tertentu masih melakukan kekafiran dengan mengekploitasi tanah kawasan Danau Toba untuk kerakusan ekonomi yang merusak lingkungan hidup di sana.
Apakah kita masih memiliki harapan menyelamatkan Kawasan Danau Toba dari kerusakan tersebut? Kita bersyukur bahwa masih ada orang-orang yang memiliki passion (belarasa) untuk kepedulian tersebut. Salah satunya adalah Gerakan Cinta Danau Toba (GCDT) yang digaungkan Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT). GCDT ini bergerak dengan hati dan mengajak partisipasi setiap insan Indonesia menggaungkan GCDT hingga ke seluruh pelosok negeri dan gemanya menggetarkan dunia. Kita perlu mengembalikan kawasan Danau Toba sebagai tanah yang diberkati Tuhan untuk kita dan dunia. (Boy Tonggor Siahaan)