DanauToba.org — Batak menggugat kita agar Back to Nature. Apa yang digugat? Pasti kita penasaran (ingin tahu) apa maksudnya?
Alasan utama peryataan “Batak Mengugat Kita agar Back to Nature” karena makin masifnya kerusakan lingkungan di Kawasan Danau Toba (KDT). Karena itu, aktivis dan pencinta lingkungan hidup Annette Horschmann bersama dengan para aktivis dan Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT) mengadakan kegiatan Festival Batak Na Ture (penyingkatannya: Back to Nature). Acara berlangsung di Tuktuk Siadong, Samosir, Sumatera Utara, pada 3-4 Maret 2023.
Istilah Back to Nature ini menarik. Selain istilah tersebut memiliki makna kembali ke alam, juga mengajak kita memperbaiki alam kita agar tetap lestari (dalam bahasa Batak Toba: Batak nature atau Batak yang memperbaiki).
Batak nature artinya kita lebih banyak mempertimbangkan kelestarian alam dan memanfaatkan bahan-bahan dari alam. Kita tidak mengekploitasi bahan-bahan dari alam seperti tanaman untuk menghasilkan produk-produk konsumsi turunan, tetapi dengan bijaksana kita mengelolanya agar terjaga keseimbangan lingkungan.
Apa Acara dari Festival Back to Nature ini?
Annette menjelaskan bahwa peserta acara ini adalah para penggiat dan pecinta lingkungan di KDT, para pelaku usaha sektor pariwisata, kuliner, dan komunitas pecinta alam dan musisi Danau Toba.
Menurut Annete, kegiatan ini bertujuan untuk mempromosikan kehidupan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan di Danau Toba, dengan sejumlah agenda kegiatan baik dalam bentuk workshop, pameran, dan kegiatan edukatif yang akan membantu para peserta dan pelaku sektor pariwisata mempelajari tentang praktik berkelanjutan dalam pelestarian lingkungan.
Lebih lanjut, Annete menyampaikan bahwa kegiatan ini terinspirasi dari ide untuk berbagai pengetahuan tentang keterampilan dan pengalaman dalam menjalankan pariwisata berkelanjutan dan pertanian organik bersama komunitas lokal, dan siapa saja yang tertarik dalam menjaga dan melestarikan alam serta lingkungan.
“Kami yakin dengan pembelajaran workshop yang ramah lingkungan dan peduli alam, dapat menghindari polusi, ramah lingkungan, dan menciptakan kesadaran masyarakat tentang menjaga lingkungan, dan tentunya dapat meningkatkan ekonomi bagi masyarakat,” tutur Annete.
Acara ini berisi kegiatan di antaranya, pelatihan dan cara pengolahan sampah organik menjadi tanah yang kaya akan nutrisi dan tentunya bermanfaat bagi para petani.
Selanjutnya, pelatihan pembuatan eco enzyme dari limbah dan sampah buah dan sayuran. Hasil turunannya, kita bisa menjadi pembersih organik, anti hama, dan pupuk organik, pembuatan sabun dan deterjen organik. Selain pelatihan, ada juga pameran produk kreatif UMKM.
Produk Alami Bukan Kimiawi
Ketua Umum YPDT Maruap Siahaan turut hadir juga dalam acara festival tersebut. YPDT adalah salah satu pendukung festival ini. Festival ini membuka wawasan kita agar lebih bijak mengelola dan memperbaiki kerusakan alam (nature –> na ture).
Maruap Siahaan mengatakan bahwa kegiatan ini menampilkan produk-produk dari pelaku sektor wisata dan kuliner di KDT yang sudah siap dan mumpuni untuk dipasarkan.
“Produk-produk pada festival ini sudah sangat baik dan bagus. Bahan bakunya 100% dari alam yang berasal dari kawasan ini. Knowledge-nya juga sudah bagus. Tinggal bagaimana menciptakan pasar dan memasarkan produk tersebut ke mancanegara,” pungkas Maruap.
Selain para pegiat dan pencinta lingkungan hidup, pihak pemerintah daerah juga mendukung kegiatan seperti ini. Kadis Pariwisata Kabupaten Samosir Netti Naibaho turut hadir melihat produk-produk pameran.
Menurut Netti, kegiatan ini sangat baik karena bisa menghadirkan orang-orang yang hebat dan cinta lingkungan hidup, melestarikan kehidupan alam dan menggunakan alam untuk menghasilkan ekonomi.
“Kita dari pemerintah daerah selain mendukung kegiatan seperti ini, kita juga akan berupaya membantu para pelaku sektor wisata untuk memasarkan produk-produk unggulan yang mereka hasilkan,” tutup Netti.
Pewarta: Boy Tonggor Siahaan